Tafsiran kitab hakim hakim 2 :1-5
Tafsiran Hakim-Hakim 2:1-5 (Metode
Historis Kritis)
“Malaikat Tuhan di Bokhim”
I.
Pendahuluan
Kitab Hakim-hakim adalah kitab yang
menceritakan 12 Hakim secara berturut-turut yaitu: Otniel, Ehud, Samgar, Debora
(bersama Barak), Gideon, Tola, Yair, Yefta, Ebzan, Elon, Abdon, dan Simson.
Diantara ke 12 hakim ini 6 diantaranya menjadi pembebas bangsa Israel Akibat
kemurtadan Israel kepada Tuhan. Adapun 6 Hakim pembebas itu ialah: Otniel,
Ehud, Debora, Gideon, Yefta dan Simson. Dan pada kesempatan kali ini kita akan
membahas bagaimana sebenarnya menafsir kitab Hakim-hakim 2:1-5 dengan
menggunakan metode Historis Kritis dengan Judul perikop “Malaikat Tuhan di
Bokhim”. Semoga melalui sajian kali ini, dapat menambah wawasan serta serta
menambah pengetahuan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1.
Metode Historis Kritis
Metode Historis Kritis yang juga dikenal dengan metode
Kritikal-Historikal (The Historical Critical Metod) merupakan salah satu cara
penafsiran Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat utama untuk
menemukan makna yang terkandung dalam satu teks Alkitab.[1]
Kritik Historis terhadap dokumen-dokumen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah
teks itu bersifat Historis minimal dalam dua pengertian: teks itu berkaitan
dengan sejarah dan juga memiliki sejarahnya sendiri.[2]
2.2.
Analisa Peredaksian
2.2.1. Nama Kitab
Hakim-hakim berasal dari bahasa
ibrani yaitu sopethim yang artinya
seorang yang menegakkan keadilan dan kebenaran.[3]
Istilah hakim dalam kitab ini berbeda dengan hakim dalam pengertian modern yang
bertugas menghakimi atau yang bekerja di pengadilan. Tugas hakim dalam kitab
ini lebih tepat disebut sebagai pemimpin-pemimpin utama israel dan sebagai
tokoh pembebas atau pahlawan pembebas dari ancaman dan tekanan bangsa asing
(Hak. 2:16). Hakim hadir sewaktu-waktu ketika Allah memanggil, itu sebabnya
zaman hakim dilihat sebagi contoh teokrasi murni didalam alkitab (bnd. Ungkapan
Gideon: 8:23). Para hakim seutuhnya tergantung pada otoritas dan perintah Allah
melalui roh-Nya (3:10).[4]
2.2.2. Latar Belakang Hakim-hakim
Kitab hakim-hakim adalah lanjutan
daripada kitab Yosua. Pada akhir kitab Yosua, dinyatakan bahwa suku-suku israel
berada di tanah yang telah dinjanjikan oleh Allah kepada bapak-bapak leluhur
mereka. Mereka berhasil menundukkan hanya sebagian dari musuh-musuh mereka,
bukan semuanya. Mereka memang akan menjadi satu bangsa dengan seorang raja,
namun setelah dua ratus tahun atau lebih, hal itu belum terjadi. Masa diantaranya
disebut “zaman para Hakim” hakim pada kitab hakim-hakim ini, ketika suku-suku
itu sedang belajar hidup bersama dan menangani masalah-masalah hubungan mereka
dengan orang kanaan yang hidup diantara mereka serta suku-suku lain yang
memusuhi mereka di perbatasan tanah itu. [5] suku
suku itu adalah suku kanaan yang tetap ada: orang Kanaan, orang Amori, orang
Feris, orang Hewi, dan orang Yebus (3:5). Orang kanaan dulu pada masa sekarang
disebut bangsa Libanon. Penyelidikan kenyon
(sejarawan Alkitab) menemukan bahwa orang Kanaan adalah percampuran antara
orang Amori dengan orang pendatang yang diduga adalah orang Israel (sekitar
2300 sM). Kenyon mengatakan bahwa pada abad ke-20 sM orang Amori mendirikan
dinasti Amori. Kemudian dinasti Amori ini harus tunduk dibawawah kejayaan
bangsa Mesir (Hammurabi) sehingga mereka menetap di Palestina. Orang Yebus
adalah penduduk asli kota Yerusalem. Namun ada kesulitan untuk menemukan secara
pasti nama-nama kota (Het, Hori, Hewi dll). Yang jelas bangsa Israel sering berperang
dengan suku-suku disekitarnya dan juga kadang antar suku Israel.[6] pada
zaman ini, seorang hakim adalah pemimpin dari satu-dua suku pada masa perang
melawan suku-suku yang ada di tanah kanaan (3:1), khususnya suku-suku yang
belum ditahlukkan oleh Yosua. Kitab para Hakim menjelaskan bahwa segala sesuatu
akan berjalan baik jika mereka setia kepada Tuhan. Namun pada kenyataannya
orang Israel sering meninggalkan Allah dan hukum-hukumNya dan berpaling
menyembah dewa/agama Kanaan. Itu sebabnya alur cerita dari kisah dalam kitab
hakim-hakim dapat dibagi tiga, yaitu:
1. Bangsa
Israel meninggalkan Allah sehingga Allah membiarkan mereka kalah oleh
bangsa-bangsa lain.
2. Bangasa
Israel berseru-seru kepada Allah dan Allah memberikan seorang tokoh pembebas
yaitu hakim.
3. Bangsa
Israel mengalahkan penindas dan menang sehingga tenang-lah bangsa Israel.[7]
2.2.3. Penulis dan Waktu Penulisan Kitab
Hakim-hakim
Dalam kitab Hakim-hakim, tidak ada
petunjuk yang jelas mengenai penulisannya. Namun menurut tradisi Yahudi, kitab
ini ditulis oleh Samuel (Masa pemerintahan para Hakim diperkirakan 200 tahun
mulai kematian Yosua sampai zaman samuel), tetapi umumnya para ahli sekarang
tidak menerima pandangan itu lagi. Seperti halnya dengan kitab Yosua, ada
unsur-unsur yang lebih awal dan yang lebih kemudian dalam kitab Hakim-hakim.[8] Para
ahli sependapat bahwa nyanyian Debora (hak 5) adalah salah satu bagian yang
tertua dari perjanjian Lama.
Perkembangan teori-teori tentang
penulisan kitab Hakim-hakim umumnya sejajar dengan perkembangan teori-teori tentang
penulisan kitab Yosua (lihat ps 15:3). Tampaknya beralasan untuk menganggap
bahwa ketika kisah-kisah itu diceritakan secara lisan (abad ke-12-10 sM)
diikuti oleh masa ketika beberapa atau hampir semua kisah itu ditulis (abad
ke-10- ke-9 sM). Kemudian terdapat tambahan penyuntingan (misalnya, “pada zaman
itu tidak ada raja) dan barangkali juga cerita-cerita tambahan yang dalam
terjemahan Yunani tidak selalu sama bentuk atau lokasinya (misalnya cerita
tentang Samgar). Proses penyuntingan mungkin berlangsung terus selama abad ke-8
sampai ke-7 sM. Kitab Hakim-hakim, bersama dengan kitab Samuel dan Raja-raja,
mungkin mencapai bentuk akhirnya kira-kira pada abad ke-6 sM.
Penelitian yang seksama mengenai
kitab Hakim-hakim menunjukkan adanya gaya yang berbeda-beda, seperti yang
tampak dalam kisah Gideon jika dibandingkan dengan kisah Simson. Hal ini
mendukung teori yang menyatakan bahwa cerita-cerita itu ditulis oleh pengarang
yang berlainan dan diturun-ilhamkan dalam bentuk yang berbeda-beda; penyunting
yang terakhir tidak berusaha menyamakan semua cerita itu dengan gaya yang
seragam.[9]Hal
ini didukung dengan menghubungkan kitab ini dengan sumber D (Deutronomis) yaitu
upaya mengembalikan identitas Israel sebagai umat Allah, termasuk dengan cara
yang tertutup sekalipun.[10]
Penafir menyimpulkan bahwa penulis
kitab Hakim-hakim ini tidak diketahui, meskipun ada anggapan bahwa samuel
adalah penulisnya, namun kemudian ada beberapa pandangan yang menentang
pernyataan itu, sehingga penulis dalam kitab ini tidaklah jelas.
2.2.4. Tujuan Penulisan
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan
akibat dari ketidaktaatan kepada Allah, dan memberi tahu kepada Raja, bahwa
jika dia seorang yang benar, tentu akan membawa rakyatnya kepada Allah. Berbeda
dengan kitab Yosua yang ditutup dengan keadaaan damai sebagai buah ketaatan
Israel (hampir seluruh) perintah Allah, kitab Hakim-hakim membuktikan bahwa
sesungguhnya Israel sudah mulai tidak taat kepada Allah sejak Zaman Yosua. Dan
ini berkembang terus lebih serius dan lebih parah, keadaan ini terjadi di
seluruh periode yang dicatat. Hakim-hakim 2:16-23 menunjukkan ciri sejarah
selama periode tersebut yang berulang kembali seperti siklus. Kitab ini
mempertegas perulangan yang bukan saja sama intensitasnya; sebaliknya, setiap
putaran membawa Israel semakin jauh dari Allah dan semakin sesat dalam praktik
keagamaan mereka. Bagian akhir ini menjelaskan bagaimana Israel telah melanggar
perjanjiannya dengan Allah dan memberontak hampir dalam setiap langkahnya.[11] Tujuan
dari penulisan kitab ini juga adalah untuk menunjukkan kasih setia Tuhan kepada
bangsa Israel yang dimana Tuhan telah menuntun bangsa itu dari perjalanan Mesir
hingga ke tanah yang dijanjikannya yaitu tanah Kanaan yang disediakan Tuhan
untuk menjadi tempat tinggal bagi umat yang mengembara itu. Tanah kanaan yang
dijanjikan itu memang disediakan secara khusus bagi mereka, bahkan mereka tidak
usah membangun kota-kota dan mendirikan rumah-rumah untuk didiami (Ulangan
6:10-11). Kanaan adalah negeri anugerah, negeri yang berkelimpahan susu dan madunya,
negeri yang baik dan luas (Kel. 3:8), negeri yang ada gandum dan anggur
(Ulangan 33:28).[12]
2.2.5.
Tema-tema
Teologis[13]
v Allah adalah tokoh pembebas dan
pembela
Keyakinan akan Allah yang seperti
ini sangat kuat dalam kitab Hakim-hakim. Hal ini terbukti dari kerelaan Allah
untuk mendengar umatNya dan membangkitkan para Hakim (roh) untuk melepaskan
mereka. Gereja dipanggil untuk terlibat aktif dalam misi pembebasan Tuhan.
v Larangan untuk tidak bekerja-sama
dengan suku bangsa lain
Larangan untuk tidak bekerjasama
dengan suku bangsa lain sebenarnya bukan panggilan agar umat Tuhan harus hidup
partukularis (tertutup). Larangan tersebut lebih tepat sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari umat Israel
dari pengaruh dewa-dewi lain. Pandangan ini dikuatkan dengan hadirnya kitab
Rut yang meruntuhkan pandangan tentang ketertutupan. Rut yang non Israel
akhirnya menjadi pewaris garis keturunan janji Tuhan ( nenek Daud dan garis
keturunan Yesus Kristus) karena kesetiaan.
v Kenikmatan di tanah Kanaan
Kenikmatan di tanah kanaan hanya
jika bangsa mereka taat kepada Tuhan. Ternyata, mereka sering tidak setia
kepada Allah sehingga mereka harus menderita dan terjajah. Penderitaan itu
bukan kehendak Allah, melainkan konsekuensi dari sikap yang meninggalkan Allah.
v Ketiadaan Raja
Ketiadaan Raja dilihat sebagai
latar-belakang kejahatan umat, sehingga secara teologi, inilah latar belakang
pengangkatan raja. Pengangkatan raja memiliki alasan politik, sosial dan
ekonomi, tetapi yang paling utama adalah masalah teologi. Raja adalah wakil ALLAH untuk mewujudkan karya dan
rencana Allah.
2.3.
Analisa Sumber
2.3.1. Sumber Y (Yahwist)
Sumber ini menulis sejarah Israel
dari penciptaan sampai kepada kelepasan bangsa Israel dari mesir dan
perkembangan mereka setelah berada di kanaan. Ciri khas berdasarkan sumber ini
adalah:
a. Allah
disebut dengan nama Yahwe
b. Pada
umumnya Allah digambarkan sebagai manusia (antropomorf)
c. Sumber
ini bersifat universalistis yang artinya Allah adalah khalik langit dan bumi.
Pandangan sumber Y yang paling
terpenting adalah panggilan Allah. Allah memanggil Abraham menjadi bapa leluhur
bagi suatu bangsa besar yang dijanjikan Allah kepadanya. Sumber Y menitik
beratkan perbuatan besar Yahwe dan kesetiaannya kepada orang-orang yang lemah.[14]
2.3.2. Sumber E (Elohist)
ini disebut sumber Elohist sebab didalam
sumber ini Allah disebut dengan nama Elohim. Pandangan teologia Elohist yang
paling penting dan dominan adalah relasi yang khusus antara Allah dan bangsa
Israel. Begitu pentingnya konsep pemikiran tentang pemilihan nenek moyang dan
bangsa Israel ini, sehingga seluruh perhatian sumber E ditujukan kepada
orang-orang yang dipilih dan yang percaya kepada Allah. Itu berarti bahwa
sumber ini bersifat partikularistis dan sumber ini ditulis kira-kira pada tahun
800-700 sM di kerajaan utara Israel.[15]
2.3.3. Sumber D (Deutronomist)
Sumber ini muncul pada tahun 622 di
Yerusalem ketika bait Allah sedang di perbaiki atas perintah raja Yosia. Pada
saat itulah para tukang, yang bekerja disana, menemukan suatu naskah gulungan
yang disebut sebagai Taurat yang rupanya adalah sebagian dari kitab ulangan.
Sumber D bersifat anti sikritisme dan diperkirakan berasal dari kerajaan utara.
Anti sinkritisme ini jelas terlihat didalam pembaharuan Deutronomist, dimana
kuil-kuil diluar kota Yerusalem di protes dan ditutup, sebab kuil-kuil itu
adalah pusat sinkritisme. Pandangan-teologis sumber D yang paling menonjol
ialah panggilan Allah kepada bangsa Israel untuk menjadi bangsa pilihanNya.
Karena Israel adalah bangsa yang terpilih, maka mereka diminta dan diwajibkan
untuk hidup sebagai bangsa yang dipilih serta patuh kepada segala perintah dan
hukuman-hukuman Allah.[16] Karya
sejarawan Deutronomik seringkali ditemukan dalam kitab Hakim-hakim dan
dirangkum menjadi pola berikut ini: dosa membawa hukuman, namun pertobatan
membawa kelepasan dan ketentraman. Keyakinan dasar pola ini yang tampaknya
dianut dalam cerita-cerita yang lebih panjang dalam kitab tersebut ialah bahwa
Allah berkuasa. Ia memakai bangsa-bangsa lain di Palestina dan daerah-daerah
sekitarnya untuk menghukum orang Israel karena mereka menyembah berhala. Ia
membangkitkan tokoh pembebas itu dengan kuasa RohNya, sehingga mereka dapat
mengalahkan musuh dan mendatangkan lagi ketentraman di negeri itu. Pesan yang
hendak diajarkan bersifat positif, tetapi berawal dari sikap negatif, yaitu
ketidakpercayaan Israel dan penyembahan berhala yang mereka lakukan.[17]
2.3.4. Sumber P (Priester Codex)
Seperti namanya Priest (imam)
diyakini bahwa sumber ini adalah hasil pemikiran dan pengajaran para imam,
sumber ini lahir pada tahun 550-500 sM di Babel. Maksud dituliskannya sumber P
adalah untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa merekalah bangsa kudus Allah.
Tulisan-tulisan P banyak menyangkut aturan-aturan kebaktian dan semua hal
berhubungan dengan imamat. Disamping itu juga menulis sumber P adalah suatu
sejarah, dimana P menonjolkan tiga puncak sebagai berikut
a. Persekutuan
perjanjian antara Allah dan Nuh dengan pelangi sebagai tanda perjanjian itu
b. Persekutuan
perjanjian antara Allah dan Abraham dengan seunat sebagai tanda perjanjian
c. Persekutuan
perjanjian antara Allah dan Musa (
sebagai wakil Israel) dengan sunat sebagai tanda.
Sumber P mengumpulkan dan
menyatukan unsur-unsur transedensi Allah dan mengikat persekutuan perjanjian.[18]
Penafsir menyimpulkan bahwa sumber
dari kitab Hakim-hakim adalah sumber D (Deutronomist) karena bahasa yang
digunakan dalam kitab Hakim-hakim ini dirangkum dalam pola sepert berikut ini:
dosa membawa hukuman, namun pertobatan membawa kelepasan dan ketentraman. Hal
ini merupakan ciri-ciri dari sumber Deutronomist
2.4.
Sitz in Leben
2.4.1. Konteks Agama
Agama Kanaan adalah agama yang
dianut pada saat itu,yakni penyembahan terhadap banyak dewa-dewi. Lima
diantaranya yang paling menonjol: El, Asera, Baal, Astarte, dan Anat. El adalah
Kepala dari dewa-dewa Kanaan, bapak dari dewa-dewa dan orang mati. Meskipun
menjadi dewa Kepala, ia relatif lemah dan tak berdaya dibanding dewa Baal. Baal
adalah Dewa badai yaitu dewa yang selalu mendambakan kesuburan bagi tanam-tanaman,
ternak dan keturunan.[19]
Asyera adalah istri dewa El, ibu dari semua dewa, dewa laut (Putri Asyera dari
Laut) ia Muncul dalam Alkitab (I raj. 15:13; 18:19; II Raj. 21:7; 23:4; 2 Taw.
15: 16), dan ada bukti “tiang berhala Asyera” dari kayu, dan dikaitkan dengan
pemujaan kepadanya (mis. Ul. 16:21; Hak. 6:25, 28,30; II Raj. 23:6). Ia muncul
secara menonjol dalam suatu gambar dan inskripsi yang ditemukan di kuntilet
ajrud (berasal dari periode yang lebih akhir). Astarte atau dewi Asytoret
adalah dewi kesuburuan sekaligus dewi asmara dan peperangan, memiliki kairan
erat dengan baal, juga dikaitkan dengan perbintangan. Anat adalah saudara Baal
sekaligus istrinya, juga sebagai dewi asmara dan peperangan. Ia sering
digambarkan bersayap. Dalam baal, ia cenderung terkesan haus darah. Alkitab
jarang menyebut dewi ini, mungkin dengan pengecualian yang kaitannya dengan
samgar: Ayah samgar bernama Anat (Hak. 3:31).[20] Agama
mereka juga bercampur aduk, dimana seolah-olah dewa-dewa kanaan berada duduk
disamping Tuhan.[21]
2.4.2. Konteks Sosial dan Budaya
Allah memerintah bangsa Israel
untuk membinasakan orang-orang kanaan, akan tetapi perintah itu diabaikan oleh
bangsa Israel. Bangsa Israel yang pada dasarnya adalah bangsa yang diuduskan
bagi Allah itu akhirnya bercampur juga dengan orang-orang kanaan. Mereka kawin
dengan gadis-gadis kanaan dan secara langsung menerima pula kebudayaan kanaan. Pada
masa Hakim-hakim ini juga, mereka akhirnya kurang mementingkan bangsa mereka
yaitu bangsa Israel sebagai sebuah kesatuan. Sehingga pada akhirnya mereka
lebih mementingkan suku masing-masing, dan itu juga yang membuat moral bangsa
israel menjadi merosot.[22]
2.4.3. Konteks Politik
Kitab Hakim-hakim adalah keadaan
Israel pada zaman praKerajaan yaitu masa antara penduduk tanah kanaan dan
terbentuknya lembaga kerajaan. Pada masa ini kehidupan politik bangsa Israel
berlangsung dalam bentuk Federasi suku-suku Israel. Pada zaman itu tidak ada
raja diantara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut
pemandangannya sendiri. Pemerintahan Israel adalah suatu Teokrasi. Allah
memerintah bangsaNya, dan dengan demikian kedudukan bangsa Israel lain sekali
daripada kedudukan bangsa-bangsa lain didunia ini. Dari sudut pandang politik,
musuh daripada bangsa Israel memandang mereka sebagai musuh atau bangsa yang
merebut tanah kanaan (Perebut tanah kanaan). Pada masa lampau, ketika bangsa
Israel mengalami masa sulit dalam perjalanan hidup mereka, Allah memberikan
kepada mereka pemimpin-pemimpin yang ulung (berpengalaman), cakap, gigih,
bijaksana dan sanggup melaksanakan tugasnya masing-masing. Misalnya dahulu Musa
yang membawa mereka keluar dari tanah Mesir dan memimpin bangsa itu selama di
padang gurun. Kemudian Yosua membawa
mereka ke tanah kanaan, dan dia pulalah yang mematahkan tenaga orang-orang
kanaan. Akhirnya sampai kepada masa pemerintahan yang diperintah oleh Allah
sendiri melalui perantaraan para tua-tua yang bertindak sebagai Hakim.[23]
2.4.4. Konteks Ekonomi
Para Hakim yang dipanggil Tuhan
adalah alat yang hidup untuk memberi pengajaran pada bangsa Israel. Dengan
perantaraan para Hakim, Tuhan bermaksud bahwa iman akan Tuhan dan Allah yang
benar adalah satu-satunya jalan untuk memperoleh kemenangan dan kesejahteraan.
Pada saat itu mereka mulai bertani, menggarap kebun dan ladang. Secara otomatis
berarti mereka harus belajar kepada penduduk asli. Sebab sebelumnya bangsa
Israel adalah pengembara yang berasal dari padang gurun yang tidak mengenal
kehidupan pertanian yang menetap. Sehingga bangsa Israel mengenal identitasnya
sebagai petani, dan mereka juga mulai mengetur diri dengan memakai peraturan
dan hukum. Sehingga pada saa itu, konteks Ekonomi bangsa Israel adalah bercocok
tanam.[24]
2.5.
Analisa Struktur
1.
Struktur
menurut buku Thomas Holdcroft, Kitab-kitab
Sejarah[25]
Dalam pembagian besar kitab:
I.
Kata pengantar untuk kitab ini (
1:1-3:4)
II.
Kemurtadan, penawanan, dan pembebasan
Israel ( 3:5-16:31)
III.
Anarki di Israel (17-21)
Dalam uraian:
Pasal 1 : kemenangan yang tidak rampung dari suku Yehuda
Pasal 2:1-5 : Kunjungan Malaikat
Pasal 2:6-3:4 : Rangkuman Peristiwa-peristiwa
Pasal 3:5-11 : Otniel, Hakim yang diurapi
Pasal 3:12-30 : Ehud, Hakim yang kidal
Pasal 3:31 : Samgar, Hakim dengan tongkat penghala lembu
Pasal 4:1-5:31 : Debora dan Barak, para hakim yang
memerintah bersamaan
Pasal 6:1-8:35 : Gideon, Hakim bulu domba
Pasal 9:1-57 : Abimelekh, Hakim yang merampas kekuasaan\
Pasal 10:1,2 : Tola, Hakim dari suku isakhar
Pasal 10:3-5 :Yair, Hakim dari Gilead
Pasal 10:6-12:7 : Yefta, Hakim yang diangkat diangkat
dengan perjanjian
Pasal 12:8-10 : Ebzan, Hakim dari Betlehem
Pasal 12: 11,12 : Elon, Hakim dari suku Zebulon
Pasal 12:13-15 : Abdon, Hakim keluarga
Pasal 13:1-16-30 : Simson, Hakim yang perkasa
Pasal 17:1-18:31 : Suku dan mendirikan kota Dan
Pasal 19 :1-21:35 : Nasib suku Benyamin
2.
Struktur
menurut buku F. Davidson dkk, Tafsiran
Alkitab Masa Kini[26]
Pasal 1:1-2:5 : Penaklukan Sebagian Kanaan oleh
Israel
1:1-21 : Penaklukan Kanaan bagian Selatan
1:22-26 : Perebutan Betel
1:27-36 : Kota-kota yang tak dapat direbut
oleh Israel
2:1-5 : malaikat Tuhan di Bokhim
Pasal 2:6-3:6 : Sebabnya beberapa bangsa bukan
Israel dibiarkan di negeri itu
1:6-10 : Meninggalnya Yosua dan para
tua-tua
2:11-13 : Penyembahan berhala orang Israel
2:14-19 : Ringkasan zaman Hakim-hakim
2:20-3:6 : Dibiarkannya beerapa bangsa untuk
menguji Israel
Pasal 3:7-11 : Penindasan Kusyan-Risyataim dan pelepasan oleh Otniel
Pasal 3:12-30 : Penindasan Eglon Raja Moab dan
pelepasan oleh Ehud
3:12-14 : Penindasan oleh Eglon
3:15-30 : Pelepasan oleh Ehud orang Benyamin
Pasal 3:31 : Perbuatan-perbuatan perkasa Samgar bin Anat
Pasal 4:1-24 : Penindasan Yabin raja Kanaan dan pelepasan oleh Debora
dan Barak
4:1-3 : Penindasan di bawah Yabin dan
Sisera
4:4-16 : Pertempuran di Kison
4:17-24 : Kematian Sisera
Pasal 5:1-31a : Nyanyian Debora dan Barak
Pasal 5:31b-8:32 : Penindasan orang Midian dan pelepasan oleh
Gideon
5:31b-6:6 : Penindasan orang Midian
6:7-10 : Nabi
6:11-24 : Malaikat Tuhan mengunjungi Gideon
6:25-32 : Gideon merobohkan mezbah Baal
6:33-35 : Gideon menghimpun suatu tentara
6:36-40 : Bulu domba Gideon
7:1-8 : Pengurangan tentara Gideon
7:9-14 : Gideon di perkemahan Midian
7:15-25 : Kemenangan Gideon
8:1-3 : Keluhan suku Efraim
8:4-21 : Pengejaran dan penangkapan atas
Zebah dan Salmuna
8:22-32 : Pemerintahan Gideon atas Israel
Pasal 8:33-9:57 : Riwayat Abimelekh
Pasal 10:6-12:7 : Penindasan Amon dan pelepasan oleh Yefta
10:6-18 : Penindasan orang Amon
11:1-11 : Yefta terpilih menjadi pemimpin
11:12-28 : Protes Yefta terhadap raja bani Amon
11-29-40 : Kemenangan Yefta dan Nazarnya
12:1-7 : Perselisihan Yefta dengan Efraim
Pasal 12:8-15 : Ebzan, Elon dan Abdan: Hakim-hakim
kecil
Pasal 13:1-16:31 : Penindasan Filistin dan Perbuatan luar
biasa Simson
13:1-25 : Pemberitahuan dan kelahiran Simson
14:1-20 : Perkawinan Simson
15:1-16:3 : Perbuatan-perbuatan luar biasa
lainnya dari Simson
Pasal 17:1-18:31 : Imam Mikha dan migrasi suku Dan
17:1-13 : Imam Mikha
18:1-31 : Migrasi suku Dan
Pasal 19:1-21:25 : Perang melawan Benyamin
19:1-30 : Perbuatan noda di Gibea
20:1-48 : Penghancuran Gibea
21:1-25 : Perdamaian
3.
Struktur
menurut buku Agus Jetron Saragih, Kitab
Ilahi Pengantar kitab-kitab PL[27]
Ø Penaklukan
Tanah Kanaan (1-2): Yehuda, Simeon, Betel
Ø Hakim
Otniel (2-3) di suku Yehuda
Ø Ehud
di suku Benjamin, mereka melawan bangsa Kusyan dan kemudian hakim Samgar
(3:31).
Ø Hakim
Debora dan Barak (4-5) di daerah Efraim, Benjamin, Manase, Zebulon, Isasar, dan
Naftali.
Ø Hakim
Gideon (6-9): di Manase, Aser, Zebulon, Naftali. Musuh orang Midian.
Ø Hakim
Tola, Yair dan Yefta (10-11): hakim Yefta di Gillead, musuh orang Amon
Ø Hakim
Ebzan, Elon, dan Abdon (12) memerintah di Betlehem dan Zebulon
Ø Hakim
Simson (13-16): di Dan dan melawan Filistin.
Ø Peristiwa
lain (17-21): Migrasi suku Dan, perang antara Benyamin dan Yehuda.
Keputusan : Penafsir menggunakan
struktur kitab dari buku Tafsiran Alkitab Masa Kini, karena dalam struktur ini,
ayat yang penafsir tafsirkan lebih diperincikan dan mudah dimengerti.
2.6.
Analisa Tradisi
Bangsa israel setelah
pemerintahan Yosua haruslah menaklukan sisa-sisa musuh dan membinasakan mereka.
Jadi ketika itu tidak ada seorang raja diantara orang Israel, akan tetapi
bukanlah itu berarti bahwa mereka boleh berbuat sesuka hatinya, karena Allah
sendirilah yang menjadi raja mereka. Mereka harus menurut segala undang-undang
Tuhan. Akan tetapi mereka menolak Allah sebagai raja mereka lalu berbuat sesuka
hatinya saja. Itulah dosa Israel dan itu pula sumber segala dosa lainnya di
zaman hakim-hakim itu. Allah menyuruh bangsa Israel membinasakan orang-orang
kanaan, akan tetapi perintah itu diabaikan saja. Bangsa Israel memang
mengalahkan orang kanaan dan disuruh membayar pajak dan cukai, akan tetapi
tidaklah mereka dibinasakan. Dan ada kalanya orang-orang Israel tidak berani
menyerang, takut melihat kereta perang orang kanaan,. Inilah suatu sikap yang
kurang percaya kepada Allah. Akibatnya bangsa Israel bercampur dengan orang-orang kanaan. Akibatnya pula ialah bahwa
agama Israel di campur aduk dengan agama orang-orang kanaan. Mereka kawin
gadis-gadis kanaan dengan demikian mereka menerima pula tradisi orang kanaan.
Dewa-dewa orang kanaan di taruh disamping Tuhan dan disembah oleh orang-orang
Israel pula.[28]
2.7.
Analisa Bentuk
Bentuk dari teks ataupun
kitab ini adalah sebuah penyajian kisah Israel antara kematian Yosua dan
munculnya Samuel. Kitab ini berisikan suatu rangkaian cerita mengenai
Hakim-hakim. Penulis Deutronomi memberikan bingkai teologis pada cerita-cerita
mengenai Hakim-hakim besar. Kerangka ini menyajikan sebuah pengantar yang
menguraikan bagaimana umat telah berdoa: bagaimana Tuhan membiarkan mereka
jatuh ke tangan musuh-musuh mereka; dan bagaimana Tuhan mengirimkan seorang
penyelamat untuk membebaskan umat jika mereka berseru. Kerangka ini juga
menyajikan kunci untuk menafsirkan kisah para hakim, yaitu bagaimana dosa mengantar
pada hukuman, tetapi tobat mengantar pada pembebasan.[29]
2.8.
Analisa Sastra
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dan diberi latar
yang teologis sastra oleh seorang oleh seorang penyusun dikemudian hari. Jadi
misalnya, Nyanyian Debora (Hakim 5) sering diberi tanggal pada masa pramonarki,
sementara ungkapan yang berulang-ulang diucapkan oleh narrator, pada “zaman itu
tidak ada raja diantara orang Israel”. Memberikan bukti yang jelas bahwa pada
waktu ia (si penulis) menuliskan peristiwa-peristiwa ini bangsa itu telah
mempunyai raja. Kita mengerti bahwa penulisan kitab ini melibatkan satu proses
yang barangkali memakan waktu beberapa abad.[30]
2.9.
Analisa Teks
2.9.1. Perbandingan Bahasa
Dalam melakukan perbandingan
Bahasa, saya penafsir menggunakan Alkitab Bahasa Indonesia (LAI), Alkitab
Bahasa Inggris (KJV), Alkitab Bahasa Batak Toba (BDE), dan Alkitab Ibrani (Teks
Masorah/TM):
Ayat
1
LAI : Pergi
NIV :Went
up (Naik)
BDE :Nangkok
(Naik)
TM : וַיַּעַל (Sekarang Naik)
Kesimpulan : Yang mendekati
TM adalah NIV dan BDE
Ayat
2
LAI :Haruslah
kamu robohkan
NIV :You
shall break down(Kamu harus memecahkan)
BDE : Ingkon
lohaonmuna do (kalian harus menghancurkan)
TM : תִּתּצוּן (Kamu harus memecahkan)
Kesimpulan : Yang Mendekati
TM adalah NIV
Ayat
3
LAI : Aku
tidak akan menghalau orang-orang itu
NIV : I
will not drive them out (Aku tidak akan mengusir mereka)
BDE :
Ndang onjaronKu nasida (Aku tidak akan mendorong mereka)
TM :לא־אֲנָרֵשׁ אוֺתָם (Aku
tidak akan mengusir mereka)
Kesimpulan : Yang Mendekati TM
adalah NIV
Ayat
4
LAI :
Menangislah
NIV :Wept
aloud (Menangis keras)
BDE : Tumatangis
(Menangis berlarut-larut)
TM : וַיַּבְבּוּ (dan menangislah)
Kesimpulan : Yang Mendekati TM adalah LAI
Ayat
5
LAI : Lalu
mereka mempersembahkan korban disana
NIV : There
they offered sacrifices (disana mereka mempersembahkan)
BDE : Laos
disi ma nasida mamele (dan disitulah mereka memper- sembahkan)
TM : וַיַּזְבְּחוּ־שָׁם (dan mereka mempersembahkan
disana)
Kesimpulan : Yang Mendekati TM adalah LAI
2.9.2. Kritik Aparatus
Ayat 1a dalam Teks Masorah terdapat terdapat kata אֶל־הַבֺּכִ֑ים yang artinya “Bokhim”. Kritik Aparatus
dalam Kodeks Leningrad dari Perjanjian Lama Ibrani dan kodeks kairo yang lain,
beberapa naskah Perjanjian Lama teks Ibrani berjarak dengan teks Abad
pertengahan
Ayat 1b dalam Teks
Masorah tedapat kata וַיּאׄמֶרֹ֩ yang artinya “dan dia berkata”. Kritik
Aparatus barangkali disini beberapa naskah sabda itu hilang, dan
diperbandingkan dengan terjemahan Yunani dari PL Septuaginta
Ayat 1c dalam Teks
Masorah terdapat kata אַעֲלֶה
yang artinya “saya membawa”. Kritik Aparatus peneliti modern yang mengusulkan
kata וׇא
yang artinya “dan”
Keputusan : Penafsir menolak
usulan Kritik Aparatus, karena memperkabur makna teks dan penafsir tetap mamakai
teks masora
Ayat 3a dalam Teks
masorah terdapat kata לאׄ־אֳגָרֵשׁ yang artinya “Aku tidak akan mendorong” Kritik Aparatus terjemahan teks Yunani asli
προσθήσω τού μετοίκισαι τόν λαόν, ὃν ειπα τού ὲξολεθρευσαι αὐτύς yang artinya
tidak akan ada niat orang-orang itu untuk pindah dari hadapanmu
Ayat 3b Dalam Teks
Masorah terdapat kata מׅפְּנֵיכֶם yang artinya “sebelum kamu” Kritik
Aparatus beberapa naskah-naskah perjanjian lama mengusulkan kata מׅלּׅפְ yang artinya penafsir
tidak menemukan
Keputusan : Penafsir menolak usulan
Aparatus karena arti teks tidak penafsir temukan.
Ayat 3c Dalam Teks
Masora terdapat kata לְצׅדּׅ֔ים
yang artinya “Jerat” Kritik Aparatus terjemahan Yunani Septuaginta (Targum dan
terjemahan Latin Vulgata)mengusulkan kata εις συνοχας yan artinya “Konsistensi”
Keputusan : Penafsir menolak
usulan dari Aparatus karena memperkabur makna teks dan tetap menggunakan teks
masora
2.9.3. Terjemahan Akhir
Ayat
1: lalu
malaikat Tuhan sekarang naik dari
Gilgal ke Bokhim dab berfirman “Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan
kubawa ke negeri yang kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan
Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk
selama-lamanya.
Ayat
2: tetapi
janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka kamu
haruslah merobohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firmanku. Mengapa
kamu perbuat demikian.
Ayat
3: lagi
Aku telah berfirman: Aku tidak akan mengusir mereka dari
depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu, dan segala allah mereka akan
menjadi jerat bagimu.
Ayat
4: Setelah
Malaikat Tuhan mengucapkan Firman itu kepada seluruh israel, dan menangislah bangsa itu dengan
keras.
Ayat 5:
Maka tempat itu dinamai Bokhim. Dan
mereka mempersembahkan disana kepada Tuhan.
2.9.4. Tafsiran
Ayat
1
“
Lalu Malaikat Tuhan pergi dari Gilgal ke Bokhim”.
Kata “Malaikat”
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani aggelos, yang berarti “pembawa pesan.”
Kata Ibrani yang sama mal'ak mempunyai arti yang sama. Malaikat hanya bisa
berada di satu tempat pada satu saat, dan mempunyai keberadaan lokal saja.
Malaikat dapat mengambil bentuk seorang manusia jika memang dibutuhkan.Penampilan
mereka terkadang dalam bentuk sinar yang menyilaukan dan dalam kemuliaan yang
menggentarkan (Matius 28:2-4).
Malaikat Tuhan (Yahweh) adalah ungkapan yang banyak digunakan dalam PL untuk menunjukkan Yahweh sendiri dalam bentuk pernyataanNya kepada manusia dan perhatiannya langsung kepada mereka yang di temui-Nya. Bnd Hak. 6:11-24;13:3-21. Istilah “Malaikat Tuhan” muncul lima puluh sembilan kali dalam perjanjian lama, sekurang-kurangnya tiga kali dalam hakim-hakim: yaitu pada ayat 6:20 dan 13:6,9. Penampakan malaikat Tuhan dalam kitab Hakim-hakim kerap kali muncul secara tiba-tiba, dan muncul sebagai wakil dari Tuhan. Penampakan Malaikat adalah Fenomena adi-kodrati dan Hakim-hakim 13 mengatakannya sebagai “amanat menakutkan”. Dikatakan menakutkan dikarenakan bahwa kedatangan Malaikat Tuhan kerap sekali karena adanya suatu tujuan ataupun kabar berita yang akan di sampaikan, terutama pada konteks bangsa Israel pada kitab hakim-hakim ditegaskan bahwa kedatangan Malaikat Tuhan adalah untuk menegur bangsa Israel yang terus saja melanggar perintah/ kemurtadan nya terhadap Allah, dan pada saat itu setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri sehingga mereka mengabaikan perintah yang diberikan Tuhan yaitu untuk mengusir orang Kanaan dari tanah itu agar bangsa Israel dapat menduduki seluruh tanah itu.Gilgal merupakan tempat markas bangsa Israel ketika mereka memasuki kanaan (Yos. 4:19). (Gilgal mengandung pengertian adanya suatu lingkaran, mungkin sekali terdiri atas batu-batu yang berdiri) terletak antara sungai Yordan dengan Yerikho, mungkin ditempat modern yang bernama Khirbet el-Mefjir, 2,5 km sebelah timur laut Yerikho. Pada abad ke-8 setidak-tidaknya pada pemerintahan raja Uzia dan Hizkia, Gilgal menjadi pusat peribadahan baik formal dan non-spritual. Ikatan antara betel (Bokhim) dan Gilgal (digambarkan juga dlm 2 Raj. 2:1-2) diperkuat oleh jalan penting yang menghubungkan keduanya. Gilgal menjadi basis operasi Israel sesudah penyebrangan Yordan (Yos 4:19), dan menjadi pusat rentetan peristiwa penaklukan Kanaan: 12 batu peringatan didirikan pada waktu bangsa Israel berkemah disana (Yos 4:20). Bokhim dalam teks aslinya agaknya bermula disebut “Betel” suatu perkataan yang terdapat dalam LXX (Kritik Aparatus terjemahan Yunani Septuaginta). Ini dapat menunjukkan kepada kesegeraan dipindahkannya tabut perjanjian beserta tempat suci kemahnya dari Gilgal (Yos. 4:18-19) ke Betel (Hak. 20:26-27).
Malaikat Tuhan (Yahweh) adalah ungkapan yang banyak digunakan dalam PL untuk menunjukkan Yahweh sendiri dalam bentuk pernyataanNya kepada manusia dan perhatiannya langsung kepada mereka yang di temui-Nya. Bnd Hak. 6:11-24;13:3-21. Istilah “Malaikat Tuhan” muncul lima puluh sembilan kali dalam perjanjian lama, sekurang-kurangnya tiga kali dalam hakim-hakim: yaitu pada ayat 6:20 dan 13:6,9. Penampakan malaikat Tuhan dalam kitab Hakim-hakim kerap kali muncul secara tiba-tiba, dan muncul sebagai wakil dari Tuhan. Penampakan Malaikat adalah Fenomena adi-kodrati dan Hakim-hakim 13 mengatakannya sebagai “amanat menakutkan”. Dikatakan menakutkan dikarenakan bahwa kedatangan Malaikat Tuhan kerap sekali karena adanya suatu tujuan ataupun kabar berita yang akan di sampaikan, terutama pada konteks bangsa Israel pada kitab hakim-hakim ditegaskan bahwa kedatangan Malaikat Tuhan adalah untuk menegur bangsa Israel yang terus saja melanggar perintah/ kemurtadan nya terhadap Allah, dan pada saat itu setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri sehingga mereka mengabaikan perintah yang diberikan Tuhan yaitu untuk mengusir orang Kanaan dari tanah itu agar bangsa Israel dapat menduduki seluruh tanah itu.Gilgal merupakan tempat markas bangsa Israel ketika mereka memasuki kanaan (Yos. 4:19). (Gilgal mengandung pengertian adanya suatu lingkaran, mungkin sekali terdiri atas batu-batu yang berdiri) terletak antara sungai Yordan dengan Yerikho, mungkin ditempat modern yang bernama Khirbet el-Mefjir, 2,5 km sebelah timur laut Yerikho. Pada abad ke-8 setidak-tidaknya pada pemerintahan raja Uzia dan Hizkia, Gilgal menjadi pusat peribadahan baik formal dan non-spritual. Ikatan antara betel (Bokhim) dan Gilgal (digambarkan juga dlm 2 Raj. 2:1-2) diperkuat oleh jalan penting yang menghubungkan keduanya. Gilgal menjadi basis operasi Israel sesudah penyebrangan Yordan (Yos 4:19), dan menjadi pusat rentetan peristiwa penaklukan Kanaan: 12 batu peringatan didirikan pada waktu bangsa Israel berkemah disana (Yos 4:20). Bokhim dalam teks aslinya agaknya bermula disebut “Betel” suatu perkataan yang terdapat dalam LXX (Kritik Aparatus terjemahan Yunani Septuaginta). Ini dapat menunjukkan kepada kesegeraan dipindahkannya tabut perjanjian beserta tempat suci kemahnya dari Gilgal (Yos. 4:18-19) ke Betel (Hak. 20:26-27).
Ayat
2
“
Janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini”.
Pada ayat ini kata Jangan merupakan
kalimat perintah yang juga merupakan suatu kalimat yang menekankan larangan
yang di sampaikan malaikat Tuhan kepada bangsa Israel agar mereka bisa menjadi
umat yang terpisah dan kudus yang membenci cara hidup jahat masyarakat kafir di
sekelilingnya, termasuk untuk tidak seperti orang Kanaan. Bangsa Israel tegas
dilarang untuk mengikat perjanjian terhadap penduduk/orang kanaan yaitu agar
bangsa Israel tidak ikut serta dalam pemujaan dewa-dewi Kanaan, karena itu
merupakan suatu hal yang menduakan Tuhan. Untuk itulah kemudian Malaikat Tuhan
memerintahkan untuk tidak mengikat perjanjian kepada penduduk di negeri
tersebut. Akan tetapi bangsa Israel pada saat itu tidak setia kepada Allah dan
perintah Allah , meskipun mereka berjanji akan setia kepada Allah. Salah satu
contoh ketidaksetiaan itu adalah dalam hal perkawinan. Dalam hukum taurat,
karena itu akan menjadi bahaya bagi orang Israel yang dimana mereka akan
dipengaruhi untuk beribadat kepada ilah-ilah lain (Ul 7:3-4). Sedangkan pada
zaman para Hakim ada orang-orang Israel yang melanggar hukum tersebut dan
akibatnya agama Israel dicampur-baurkan dengan agama-agama bangsa lain tersebut
(Hak 3:5-6). Penduduk negeri ini,
yang dimaksud disini adalah suku Kanaan dan suku lainnya yang memang sudah ada
saat sebelum bangsa Israel sampai ditanah itu. Untuk itu jugalah Malaikat Tuhan
memerintahkan bangsa Israel untuk tidak membuat perjanjian atau mengikat
perjanjian dengan penduduk/ suku-suku tersebut karna sebelumnya bangsa Israel
telah diperintahkan untuk mengusir orang Kanaan dari tanah itu, agar hanya
merekalah yang berdiam di tanah itu. Akan tetapi bangsa Israel tidak
mendengarkan firman Tuhan tersebut dan bahkan telah ikut mentuhankan dewa-dewa
bangsa kanaan tersebut. Perintah yang
kemudian juga dikatakan bahwa bangsa Israel haruslah merobohkan mezbah mereka,
yaitu tempat penyembahan-penyembahan mereka kepada ilah-ilah lain itu. Akan
tetapi bangsa Israel tidak mendengarkan firman Tuhan, bahkan mereka yang juga
ikut menyembah ilah-ilah lain tersebut sehingga perintah yang telah disampaikan
pun tidak terlaksana, dan penduduk asli tersebut tetap tinggal hingga merusak
bangsa Israel. Pada masa para hakim ini, Israel menuai hasil ketidaktaatannya.
Ayat
3
Aku
tidak akan mengusir mereka. Mereka yang dimaksud
disini adalah bangsa Kanaan. Allah
membiarkan orang-orang yang ada ditanah itu untuk menindas bangsa Israel dan
tidak mengusir suku kanaan tersebut, dengan kata lain Ketidaktaatan umat Israel
dipakai Allah sebagai sarana untuk mengajar mereka sehingga mereka bisa lebih
memahami tujuan Allah dalam memilih mereka dan mengadakan hubungan yang
Istimewa dengan mereka. Ujian itu akan memperlihatkan kebenaran ganda, yakni
bahwa Allah tetap setia memegang perjanjianNya, meskipun umatNya tidak setia,
dan jika mereka berseru kepadaNya, dia akan menyelamatkan mereka..Allah tidak
membantu bangsa Israel adalah karena disinilah bangsa Israel menuai dari hasil
ketidaktaatan mereka, dimana mereka mendapat berbagai tantangan, baik dari
bangsa Israel sendiri maupun dari suku-suku/penduduk asli tersebut. Terjadi
perang saudara, mereka menjadi sengsara, mereka menjadi murtad, dan akibat
dari penyembahan berhala yang dilakukan
bangsa Israel, Allah memakai para penduduk asli itu untuk menegur bangsa Israel
tersebut melalui ketertindasan ataupun kesengsaraan mereka, apakah mereka akan
kembali menaati dan setia kepada Allah dan bukan kepada ilah-ilah lain atau
tetap seperti itu. Namun bangsa Israel pada saat itu tetap menyembah dan
bertindak sesuai kemauannya karena memang tradisi-tradisi orang-orang kanaan
pada saat itu menawarkan hal-hal duniawi yang membuat bangsa Israel tertarik,
dan bahkan Hukum taurat yang melarang untuk tidak kawin dengan agama lain pun
dilanggar. Sehingga itulah tujuan dari pada kedatangan Malaikat Tuhan, yaitu
untuk menegur dan mengigatkan serta memberi hukuman bagi bangsa Israel .
Ayat
4
Kemudian, setelah Malaikat itu
mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, dan Menangislah
bangsa itu dengan Keras. Menangis dalam artian disini adalah bahwasanya
bangsa Israel tersebut menyesal akan kesalahan yang mereka perbuat dan malaikat
Tuhanlah yang menyadarkan mereka akan kesalahan mereka. Mereka menangis dengan
sangat keras adalah mengingat bahwa kesalahan mereka sangatlah besar,karena mereka
tahu bahwa mereka telah menduakan Tuhan dengan menyembah ilah-ilah lain dan
melanggar hukum taurat yang tegas melarang perkawinan campur pada saat itu.
Ayat
5
Maka tempat itu dinamai Bokhim. tempat ini dinamai Bokhim adalah setelah kedatangan Malaikat
Tuhan ditempat itu, yang dimana seluruh israel menangis dan sadar akan
kesalahan mereka. Sehingga tempat itu menjadi suatu sejarah bagi bangsa Israel,
sehingga tempat itu dinamai Bokhim atau “orang-orang yang menangis”.
2.10. Skopus
“Kasih
Setia Tuhan”
III.
Refleksi
Teologis
Umat Israel pada masanya dapat
digambarkan dengan kita umat Tuhan pada masa kini, yang dimana meskipun kasih
Tuhan yang selalu menyertai kita dalam kehidupan kita, bahkan saat kita
memiliki pergumulan dan kita meminta bantuan ataupun pertolongan kepada Tuhan,
Tuhan pasti akan menolong kita, baik melalui perantara-perantaraaNya
(Hakim-hakim 2:18). Begitu juga umat Israel yang mendapat kasih setia Tuhan
(Ulangan 5:10) dan mendapat pengampunan dari Tuhan mesikupun bangsa itu telah
murtad ataupun berpaling kepada ilah-ilah lain. Dalam Ulangan 7:9 dikatakan
bahwa “Sebab itu haruslah kauketaui,
bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian
dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada
perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.
IV.
Kesimpulan
Kemurtadan bangsa Israel menjadi
penyebab datangnya ancaman atas negeri ini. Secara gambalang dinyatakan dalam Perikop
2:1-3, 20-22. Berkali-kali kita melihat Israel melanggar perjanjian, berpaling
kepada allah-allah/dewa-dewa (Baal dan lainya) orang Kanaan, dan begitu biasa “
melakukan apa yang jahat di mata Tuhan”. Kekacauan dan gambaran buruk dalam
kitab ini disebabkan oleh dosa yang berulang-ulang. Ajaran kitab Hakim-hakim
ini menjelaskan bahwa umat Israel dapat hidup hanya dengan setia kepada Tuhan
Allah, sedangkan bila mereka meninggalkan Allah, mereka akan selalu mengalami
kesukaran. Akan tetapi bangsa Israel tidak setia kepada Allah. Salah satu
contoh ketidaksetiaan itu adalah dalam hal perkawinan. Dalam hukum taurat jelas
dilarang perkawinan antar agama, karena itu merupakan sesuatu yang bahanya bagi
umat Israel jika mereka kawin dengan orang yang tidak percaya dengan Tuhan
Allah, mereka bisa dipengaruhi untuk beribadap kepada ilah-ilah lain (Ul
7:3-4). Zaman para hakim, ada yang melanggar hukum tersebut, dan akibatnya
agama israel dicampur-baurkan dengan agama suku yang ada pada saat itu. Oleh
karena ketidaksetiaan itu, bangsa kanaan dan bangsa lainnya bisa tetap tinggal
di tanah itu meskipun awalnya ada perintah kepada bangsa Israel bahwa mereka
harus mengusir bangsa kanaan dan penduduk asli yang ada ditanah itu agar hanya
bangsa Israel lah yang menduduki tanah itu, tetapi hal itu tidak terjadi karena
ketidak setiaan dan ingkar janji bangsa Isrel, sehingga bangsa mereka ditidas
pada saat itu. Ketidaktaatan umat Israel dipakai Allah sebagai sarana untuk
mengajar mereka sehingga mereka bisa lebih memahami tujuan Allah dalam memilih
mereka dan mengadakan hubungan yang Istimewa dengan mereka. Ujian itu akan
memperlihatkan kebenaran ganda, yakni bahwa Allah tetap setia memegang
perjanjianNya, meskipun umatNya tidak setia, dan jika mereka berseru kepadaNya,
dia akan menyelamatkan mereka.
V.
Daftar
Pustaka
Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah
1, Jakarta: BPK-GM, 1990
Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 1, Jakarta: Bina
Kasih/OMF
Blommendaal, J. Pengantar Kepada PL, Jakarta: BPK-GM,
2016
Davidson, F. dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta:Bina
Kasih/OMF, 1995
Hayes, Jhon H. Pedoman Penafsiran Alkitab,
Jakarta: BPK-GM, 1993
Hill, Andrew E. & Jhon H.
Walton, Survei Perjanjian Lamai, Malang:
Gandum Mas, 2008
Holdcroft, L. Thomas, Kitab-kitab sejarah, Malang: Gandum Mas,
1992
Jr, David M. Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam PL, Malang:
Gandum Mas, 2002
Lasor, W.S. dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1,
Jakarta:BPK-GM, 2012
Lasor, W.S. dkk, Pengantar PL 1 Taurat dan Sejarah, Jakarta:
BPK-GM, 1993
Lembaga
Biblika Indonesia, Tafsir Alkitab
Perjanjian Lama, Yogyakarta:Kanisius,2006
Saragih, Agus Jetron, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab PL, Medan:
Bina Media Perintis, 2016
Situmorang, Jonar T.H. Bibliologi-Menyikapi Sejarah Perjalanan
Alkitab dari masa ke masa, Yogyakarta: Andi, 2013
Wahyono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 1994
[1] Jonar
T.H. Situmorang, Bibliologi-Menyikapi
Sejarah Perjalanan Alkitab dari masa ke masa, (Yogyakarta: Andi, 2013), 3
[2] Jhon H.
Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab,
(Jakarta: BPK-GM, 1993), 52
[3] W.S.
Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1,
(Jakarta:BPK-GM, 2012), 71
[4] Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar
Kitab-kitab PL, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 84
[5] W.S.
Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1,
(Jakarta:BPK-GM, 2012), 299
[6] Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar
Kitab-kitab PL, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 85
[7] Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar
Kitab-kitab PL, 84-85
[8]
Unsur-unsur awal: nyanyian Debora (Hak 5); orang Yebus di Yerusalem (1:21);
sidon masih merupakan kota utama Fenisia (3:3); orang kanaan masih di Gezer
(1:29). Unsur-unsur kemudian: Silo sudah hancur (18:31): “Pada zaman itu tidak
ada raja diantara orang Israel” (17:6; 18:1), yang memberi kesan ditulis pada
waktu zaman kerajaan; “sampai penduduk negeri itu diangkut sebagai orang
buangan” (18:30), yang memberi kesan ditulis sesudah penyerbuan Asyur- Kecuali
ada kekhilafan menulis.
[9] W.S.
Lasor dkk, Pengantar PL 1 Taurat dan
Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 1993),308-309
[10] Agus
Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar
Kitab-kitab PL, 86
[11] David M.
Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah dalam PL,
(Malang: Gandum Mas, 2002), 124
[12] J. Sidlow
Baxter, Menggali Isi Alkitab 1, (Jakarta:
Bina Kasih/OMF), 234
[13] Agus
Jetron Saragih, kitab Ilahi Pengantar PL, 87-88
[14] S.
Wismoady Wahyono, Disini Kutemukan,
(Jakarta: BPK-GM, 1994), 61
[15] J.
Blommendaal, Pengantar Kepada PL, (Jakarta:
BPK-GM, 2016), 19
[16] J.
Blommendaal, Pengantar Kepada PL,
19-20
[17] W.S.
Lasor dkk, Pengantar PL 1 Taurat dan
Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 1993),309-310
[18] J.
Blommendaal, Pengantar Kepada PL,
20-21
[19] Andrew E.
Hill & Jhon H. Walton, Survei
Perjanjian Lamai, (Malang: Gandum Mas, 2008), 280
[20] David M.
Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah dalam PL, (Malang: Gandum Mas, 2002), 131-132
[21] F.L.
Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, ,
(Jakarta: BPK-GM, 1990), 416
[22] S.
Wismodi Wahono, Disini Kutemukan,
(Jakarta: BPK-GM, 2004), 123
[23] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK-GM, 1990), 415-416
[24] S.
Wismodi Wahono, Disini Kutemukan,
117-118
[25] L. Thomas
holdcroft, Kitab-kitab sejarah,
(Malang: Gandum Mas, 1992), 35-51
[26]
F.Davidson dkk, Tafsiran Alkitab Masa
Kini, (Jakarta:Bina Kasih/OMF, 1995), 388-390
[28] F.L. Baker, Sejarah Kerajaan
Allah,(Jakarta:BPK-GM,2015), 415-417
Eey, keren sekali. Terima kasih ya.
BalasHapus