Tafsiran kitab hakim hakim 2 :1-5

Tafsiran Hakim-Hakim 2:1-5 (Metode Historis Kritis)
“Malaikat Tuhan di Bokhim”
I.                   Pendahuluan
Kitab Hakim-hakim adalah kitab yang menceritakan 12 Hakim secara berturut-turut yaitu: Otniel, Ehud, Samgar, Debora (bersama Barak), Gideon, Tola, Yair, Yefta, Ebzan, Elon, Abdon, dan Simson. Diantara ke 12 hakim ini 6 diantaranya menjadi pembebas bangsa Israel Akibat kemurtadan Israel kepada Tuhan. Adapun 6 Hakim pembebas itu ialah: Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Yefta dan Simson. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana sebenarnya menafsir kitab Hakim-hakim 2:1-5 dengan menggunakan metode Historis Kritis dengan Judul perikop “Malaikat Tuhan di Bokhim”. Semoga melalui sajian kali ini, dapat menambah wawasan serta serta menambah pengetahuan kita bersama.
II.                Pembahasan
2.1. Metode Historis Kritis
Metode Historis Kritis yang  juga dikenal dengan metode Kritikal-Historikal (The Historical Critical Metod) merupakan salah satu cara penafsiran Alkitab yang menggunakan perspektif sejarah sebagai alat utama untuk menemukan makna yang terkandung dalam satu teks Alkitab.[1] Kritik Historis terhadap dokumen-dokumen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah teks itu bersifat Historis minimal dalam dua pengertian: teks itu berkaitan dengan sejarah dan juga memiliki sejarahnya sendiri.[2]

2.2. Analisa Peredaksian
2.2.1.      Nama Kitab
Hakim-hakim berasal dari bahasa ibrani yaitu sopethim yang artinya seorang yang menegakkan keadilan dan kebenaran.[3] Istilah hakim dalam kitab ini berbeda dengan hakim dalam pengertian modern yang bertugas menghakimi atau yang bekerja di pengadilan. Tugas hakim dalam kitab ini lebih tepat disebut sebagai pemimpin-pemimpin utama israel dan sebagai tokoh pembebas atau pahlawan pembebas dari ancaman dan tekanan bangsa asing (Hak. 2:16). Hakim hadir sewaktu-waktu ketika Allah memanggil, itu sebabnya zaman hakim dilihat sebagi contoh teokrasi murni didalam alkitab (bnd. Ungkapan Gideon: 8:23). Para hakim seutuhnya tergantung pada otoritas dan perintah Allah melalui roh-Nya (3:10).[4]
2.2.2.      Latar Belakang Hakim-hakim
Kitab hakim-hakim adalah lanjutan daripada kitab Yosua. Pada akhir kitab Yosua, dinyatakan bahwa suku-suku israel berada di tanah yang telah dinjanjikan oleh Allah kepada bapak-bapak leluhur mereka. Mereka berhasil menundukkan hanya sebagian dari musuh-musuh mereka, bukan semuanya. Mereka memang akan menjadi satu bangsa dengan seorang raja, namun setelah dua ratus tahun atau lebih, hal itu belum terjadi. Masa diantaranya disebut “zaman para Hakim” hakim pada kitab hakim-hakim ini, ketika suku-suku itu sedang belajar hidup bersama dan menangani masalah-masalah hubungan mereka dengan orang kanaan yang hidup diantara mereka serta suku-suku lain yang memusuhi mereka di perbatasan tanah itu. [5] suku suku itu adalah suku kanaan yang tetap ada: orang Kanaan, orang Amori, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus (3:5). Orang kanaan dulu pada masa sekarang disebut bangsa Libanon. Penyelidikan kenyon (sejarawan Alkitab) menemukan bahwa orang Kanaan adalah percampuran antara orang Amori dengan orang pendatang yang diduga adalah orang Israel (sekitar 2300 sM). Kenyon mengatakan bahwa pada abad ke-20 sM orang Amori mendirikan dinasti Amori. Kemudian dinasti Amori ini harus tunduk dibawawah kejayaan bangsa Mesir (Hammurabi) sehingga mereka menetap di Palestina. Orang Yebus adalah penduduk asli kota Yerusalem. Namun ada kesulitan untuk menemukan secara pasti nama-nama kota (Het, Hori, Hewi dll). Yang jelas bangsa Israel sering berperang dengan suku-suku disekitarnya dan juga kadang antar suku Israel.[6] pada zaman ini, seorang hakim adalah pemimpin dari satu-dua suku pada masa perang melawan suku-suku yang ada di tanah kanaan (3:1), khususnya suku-suku yang belum ditahlukkan oleh Yosua. Kitab para Hakim menjelaskan bahwa segala sesuatu akan berjalan baik jika mereka setia kepada Tuhan. Namun pada kenyataannya orang Israel sering meninggalkan Allah dan hukum-hukumNya dan berpaling menyembah dewa/agama Kanaan. Itu sebabnya alur cerita dari kisah dalam kitab hakim-hakim dapat dibagi tiga, yaitu:
1.      Bangsa Israel meninggalkan Allah sehingga Allah membiarkan mereka kalah oleh bangsa-bangsa lain.
2.      Bangasa Israel berseru-seru kepada Allah dan Allah memberikan seorang tokoh pembebas yaitu hakim.
3.      Bangsa Israel mengalahkan penindas dan menang sehingga tenang-lah bangsa Israel.[7]
2.2.3.      Penulis dan Waktu Penulisan Kitab Hakim-hakim
Dalam kitab Hakim-hakim, tidak ada petunjuk yang jelas mengenai penulisannya. Namun menurut tradisi Yahudi, kitab ini ditulis oleh Samuel (Masa pemerintahan para Hakim diperkirakan 200 tahun mulai kematian Yosua sampai zaman samuel), tetapi umumnya para ahli sekarang tidak menerima pandangan itu lagi. Seperti halnya dengan kitab Yosua, ada unsur-unsur yang lebih awal dan yang lebih kemudian dalam kitab Hakim-hakim.[8] Para ahli sependapat bahwa nyanyian Debora (hak 5) adalah salah satu bagian yang tertua dari perjanjian Lama.
Perkembangan teori-teori tentang penulisan kitab Hakim-hakim umumnya sejajar dengan perkembangan teori-teori tentang penulisan kitab Yosua (lihat ps 15:3). Tampaknya beralasan untuk menganggap bahwa ketika kisah-kisah itu diceritakan secara lisan (abad ke-12-10 sM) diikuti oleh masa ketika beberapa atau hampir semua kisah itu ditulis (abad ke-10- ke-9 sM). Kemudian terdapat tambahan penyuntingan (misalnya, “pada zaman itu tidak ada raja) dan barangkali juga cerita-cerita tambahan yang dalam terjemahan Yunani tidak selalu sama bentuk atau lokasinya (misalnya cerita tentang Samgar). Proses penyuntingan mungkin berlangsung terus selama abad ke-8 sampai ke-7 sM. Kitab Hakim-hakim, bersama dengan kitab Samuel dan Raja-raja, mungkin mencapai bentuk akhirnya kira-kira pada abad ke-6 sM.
Penelitian yang seksama mengenai kitab Hakim-hakim menunjukkan adanya gaya yang berbeda-beda, seperti yang tampak dalam kisah Gideon jika dibandingkan dengan kisah Simson. Hal ini mendukung teori yang menyatakan bahwa cerita-cerita itu ditulis oleh pengarang yang berlainan dan diturun-ilhamkan dalam bentuk yang berbeda-beda; penyunting yang terakhir tidak berusaha menyamakan semua cerita itu dengan gaya yang seragam.[9]Hal ini didukung dengan menghubungkan kitab ini dengan sumber D (Deutronomis) yaitu upaya mengembalikan identitas Israel sebagai umat Allah, termasuk dengan cara yang tertutup sekalipun.[10]
Penafir menyimpulkan bahwa penulis kitab Hakim-hakim ini tidak diketahui, meskipun ada anggapan bahwa samuel adalah penulisnya, namun kemudian ada beberapa pandangan yang menentang pernyataan itu, sehingga penulis dalam kitab ini tidaklah jelas.
2.2.4.      Tujuan Penulisan
Kitab ini ditulis untuk menunjukkan akibat dari ketidaktaatan kepada Allah, dan memberi tahu kepada Raja, bahwa jika dia seorang yang benar, tentu akan membawa rakyatnya kepada Allah. Berbeda dengan kitab Yosua yang ditutup dengan keadaaan damai sebagai buah ketaatan Israel (hampir seluruh) perintah Allah, kitab Hakim-hakim membuktikan bahwa sesungguhnya Israel sudah mulai tidak taat kepada Allah sejak Zaman Yosua. Dan ini berkembang terus lebih serius dan lebih parah, keadaan ini terjadi di seluruh periode yang dicatat. Hakim-hakim 2:16-23 menunjukkan ciri sejarah selama periode tersebut yang berulang kembali seperti siklus. Kitab ini mempertegas perulangan yang bukan saja sama intensitasnya; sebaliknya, setiap putaran membawa Israel semakin jauh dari Allah dan semakin sesat dalam praktik keagamaan mereka. Bagian akhir ini menjelaskan bagaimana Israel telah melanggar perjanjiannya dengan Allah dan memberontak hampir dalam setiap langkahnya.[11] Tujuan dari penulisan kitab ini juga adalah untuk menunjukkan kasih setia Tuhan kepada bangsa Israel yang dimana Tuhan telah menuntun bangsa itu dari perjalanan Mesir hingga ke tanah yang dijanjikannya yaitu tanah Kanaan yang disediakan Tuhan untuk menjadi tempat tinggal bagi umat yang mengembara itu. Tanah kanaan yang dijanjikan itu memang disediakan secara khusus bagi mereka, bahkan mereka tidak usah membangun kota-kota dan mendirikan rumah-rumah untuk didiami (Ulangan 6:10-11). Kanaan adalah negeri anugerah, negeri yang berkelimpahan susu dan madunya, negeri yang baik dan luas (Kel. 3:8), negeri yang ada gandum dan anggur (Ulangan 33:28).[12]
2.2.5.      Tema-tema Teologis[13]
v  Allah adalah tokoh pembebas dan pembela
Keyakinan akan Allah yang seperti ini sangat kuat dalam kitab Hakim-hakim. Hal ini terbukti dari kerelaan Allah untuk mendengar umatNya dan membangkitkan para Hakim (roh) untuk melepaskan mereka. Gereja dipanggil untuk terlibat aktif dalam misi pembebasan Tuhan.
v  Larangan untuk tidak bekerja-sama dengan suku bangsa lain
Larangan untuk tidak bekerjasama dengan suku bangsa lain sebenarnya bukan panggilan agar umat Tuhan harus hidup partukularis (tertutup). Larangan tersebut lebih tepat sebagai tindakan pencegahan untuk menghindari umat Israel dari pengaruh dewa-dewi lain. Pandangan ini dikuatkan dengan hadirnya kitab Rut yang meruntuhkan pandangan tentang ketertutupan. Rut yang non Israel akhirnya menjadi pewaris garis keturunan janji Tuhan ( nenek Daud dan garis keturunan Yesus Kristus) karena kesetiaan.
v  Kenikmatan di tanah Kanaan
Kenikmatan di tanah kanaan hanya jika bangsa mereka taat kepada Tuhan. Ternyata, mereka sering tidak setia kepada Allah sehingga mereka harus menderita dan terjajah. Penderitaan itu bukan kehendak Allah, melainkan konsekuensi dari sikap yang meninggalkan Allah.
v  Ketiadaan Raja
Ketiadaan Raja dilihat sebagai latar-belakang kejahatan umat, sehingga secara teologi, inilah latar belakang pengangkatan raja. Pengangkatan raja memiliki alasan politik, sosial dan ekonomi, tetapi yang paling utama adalah masalah teologi. Raja adalah wakil ALLAH untuk mewujudkan karya dan rencana Allah.
2.3. Analisa Sumber
2.3.1.      Sumber Y (Yahwist)
Sumber ini menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada kelepasan bangsa Israel dari mesir dan perkembangan mereka setelah berada di kanaan. Ciri khas berdasarkan sumber ini adalah:
a.       Allah disebut dengan nama Yahwe
b.      Pada umumnya Allah digambarkan sebagai manusia (antropomorf)
c.       Sumber ini bersifat universalistis yang artinya Allah adalah khalik langit dan bumi.
Pandangan sumber Y yang paling terpenting adalah panggilan Allah. Allah memanggil Abraham menjadi bapa leluhur bagi suatu bangsa besar yang dijanjikan Allah kepadanya. Sumber Y menitik beratkan perbuatan besar Yahwe dan kesetiaannya kepada orang-orang yang lemah.[14]
2.3.2.      Sumber E (Elohist)
 ini disebut sumber Elohist sebab didalam sumber ini Allah disebut dengan nama Elohim. Pandangan teologia Elohist yang paling penting dan dominan adalah relasi yang khusus antara Allah dan bangsa Israel. Begitu pentingnya konsep pemikiran tentang pemilihan nenek moyang dan bangsa Israel ini, sehingga seluruh perhatian sumber E ditujukan kepada orang-orang yang dipilih dan yang percaya kepada Allah. Itu berarti bahwa sumber ini bersifat partikularistis dan sumber ini ditulis kira-kira pada tahun 800-700 sM di kerajaan utara Israel.[15]
2.3.3.      Sumber D (Deutronomist)
Sumber ini muncul pada tahun 622 di Yerusalem ketika bait Allah sedang di perbaiki atas perintah raja Yosia. Pada saat itulah para tukang, yang bekerja disana, menemukan suatu naskah gulungan yang disebut sebagai Taurat yang rupanya adalah sebagian dari kitab ulangan. Sumber D bersifat anti sikritisme dan diperkirakan berasal dari kerajaan utara. Anti sinkritisme ini jelas terlihat didalam pembaharuan Deutronomist, dimana kuil-kuil diluar kota Yerusalem di protes dan ditutup, sebab kuil-kuil itu adalah pusat sinkritisme. Pandangan-teologis sumber D yang paling menonjol ialah panggilan Allah kepada bangsa Israel untuk menjadi bangsa pilihanNya. Karena Israel adalah bangsa yang terpilih, maka mereka diminta dan diwajibkan untuk hidup sebagai bangsa yang dipilih serta patuh kepada segala perintah dan hukuman-hukuman Allah.[16] Karya sejarawan Deutronomik seringkali ditemukan dalam kitab Hakim-hakim dan dirangkum menjadi pola berikut ini: dosa membawa hukuman, namun pertobatan membawa kelepasan dan ketentraman. Keyakinan dasar pola ini yang tampaknya dianut dalam cerita-cerita yang lebih panjang dalam kitab tersebut ialah bahwa Allah berkuasa. Ia memakai bangsa-bangsa lain di Palestina dan daerah-daerah sekitarnya untuk menghukum orang Israel karena mereka menyembah berhala. Ia membangkitkan tokoh pembebas itu dengan kuasa RohNya, sehingga mereka dapat mengalahkan musuh dan mendatangkan lagi ketentraman di negeri itu. Pesan yang hendak diajarkan bersifat positif, tetapi berawal dari sikap negatif, yaitu ketidakpercayaan Israel dan penyembahan berhala yang mereka lakukan.[17]
2.3.4.      Sumber P (Priester Codex)
Seperti namanya Priest (imam) diyakini bahwa sumber ini adalah hasil pemikiran dan pengajaran para imam, sumber ini lahir pada tahun 550-500 sM di Babel. Maksud dituliskannya sumber P adalah untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa merekalah bangsa kudus Allah. Tulisan-tulisan P banyak menyangkut aturan-aturan kebaktian dan semua hal berhubungan dengan imamat. Disamping itu juga menulis sumber P adalah suatu sejarah, dimana P menonjolkan tiga puncak sebagai berikut
a.       Persekutuan perjanjian antara Allah dan Nuh dengan pelangi sebagai tanda perjanjian itu
b.      Persekutuan perjanjian antara Allah dan Abraham dengan seunat sebagai tanda perjanjian
c.       Persekutuan perjanjian antara Allah dan  Musa ( sebagai wakil Israel) dengan sunat sebagai tanda.
Sumber P mengumpulkan dan menyatukan unsur-unsur transedensi Allah dan mengikat persekutuan perjanjian.[18]
Penafsir menyimpulkan bahwa sumber dari kitab Hakim-hakim adalah sumber D (Deutronomist) karena bahasa yang digunakan dalam kitab Hakim-hakim ini dirangkum dalam pola sepert berikut ini: dosa membawa hukuman, namun pertobatan membawa kelepasan dan ketentraman. Hal ini merupakan ciri-ciri dari sumber Deutronomist
2.4. Sitz in Leben
2.4.1.      Konteks Agama
Agama Kanaan adalah agama yang dianut pada saat itu,yakni penyembahan terhadap banyak dewa-dewi. Lima diantaranya yang paling menonjol: El, Asera, Baal, Astarte, dan Anat. El adalah Kepala dari dewa-dewa Kanaan, bapak dari dewa-dewa dan orang mati. Meskipun menjadi dewa Kepala, ia relatif lemah dan tak berdaya dibanding dewa Baal. Baal adalah Dewa badai yaitu dewa yang selalu mendambakan kesuburan bagi tanam-tanaman, ternak dan keturunan.[19] Asyera adalah istri dewa El, ibu dari semua dewa, dewa laut (Putri Asyera dari Laut) ia Muncul dalam Alkitab (I raj. 15:13; 18:19; II Raj. 21:7; 23:4; 2 Taw. 15: 16), dan ada bukti “tiang berhala Asyera” dari kayu, dan dikaitkan dengan pemujaan kepadanya (mis. Ul. 16:21; Hak. 6:25, 28,30; II Raj. 23:6). Ia muncul secara menonjol dalam suatu gambar dan inskripsi yang ditemukan di kuntilet ajrud (berasal dari periode yang lebih akhir). Astarte atau dewi Asytoret adalah dewi kesuburuan sekaligus dewi asmara dan peperangan, memiliki kairan erat dengan baal, juga dikaitkan dengan perbintangan. Anat adalah saudara Baal sekaligus istrinya, juga sebagai dewi asmara dan peperangan. Ia sering digambarkan bersayap. Dalam baal, ia cenderung terkesan haus darah. Alkitab jarang menyebut dewi ini, mungkin dengan pengecualian yang kaitannya dengan samgar: Ayah samgar bernama Anat (Hak. 3:31).[20] Agama mereka juga bercampur aduk, dimana seolah-olah dewa-dewa kanaan berada duduk disamping Tuhan.[21]
2.4.2.      Konteks Sosial dan Budaya
Allah memerintah bangsa Israel untuk membinasakan orang-orang kanaan, akan tetapi perintah itu diabaikan oleh bangsa Israel. Bangsa Israel yang pada dasarnya adalah bangsa yang diuduskan bagi Allah itu akhirnya bercampur juga dengan orang-orang kanaan. Mereka kawin dengan gadis-gadis kanaan dan secara langsung menerima pula kebudayaan kanaan. Pada masa Hakim-hakim ini juga, mereka akhirnya kurang mementingkan bangsa mereka yaitu bangsa Israel sebagai sebuah kesatuan. Sehingga pada akhirnya mereka lebih mementingkan suku masing-masing, dan itu juga yang membuat moral bangsa israel menjadi merosot.[22]
2.4.3.      Konteks Politik
Kitab Hakim-hakim adalah keadaan Israel pada zaman praKerajaan yaitu masa antara penduduk tanah kanaan dan terbentuknya lembaga kerajaan. Pada masa ini kehidupan politik bangsa Israel berlangsung dalam bentuk Federasi suku-suku Israel. Pada zaman itu tidak ada raja diantara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pemandangannya sendiri. Pemerintahan Israel adalah suatu Teokrasi. Allah memerintah bangsaNya, dan dengan demikian kedudukan bangsa Israel lain sekali daripada kedudukan bangsa-bangsa lain didunia ini. Dari sudut pandang politik, musuh daripada bangsa Israel memandang mereka sebagai musuh atau bangsa yang merebut tanah kanaan (Perebut tanah kanaan). Pada masa lampau, ketika bangsa Israel mengalami masa sulit dalam perjalanan hidup mereka, Allah memberikan kepada mereka pemimpin-pemimpin yang ulung (berpengalaman), cakap, gigih, bijaksana dan sanggup melaksanakan tugasnya masing-masing. Misalnya dahulu Musa yang membawa mereka keluar dari tanah Mesir dan memimpin bangsa itu selama di padang gurun. Kemudian Yosua  membawa mereka ke tanah kanaan, dan dia pulalah yang mematahkan tenaga orang-orang kanaan. Akhirnya sampai kepada masa pemerintahan yang diperintah oleh Allah sendiri melalui perantaraan para tua-tua yang bertindak sebagai Hakim.[23]
2.4.4.      Konteks Ekonomi
Para Hakim yang dipanggil Tuhan adalah alat yang hidup untuk memberi pengajaran pada bangsa Israel. Dengan perantaraan para Hakim, Tuhan bermaksud bahwa iman akan Tuhan dan Allah yang benar adalah satu-satunya jalan untuk memperoleh kemenangan dan kesejahteraan. Pada saat itu mereka mulai bertani, menggarap kebun dan ladang. Secara otomatis berarti mereka harus belajar kepada penduduk asli. Sebab sebelumnya bangsa Israel adalah pengembara yang berasal dari padang gurun yang tidak mengenal kehidupan pertanian yang menetap. Sehingga bangsa Israel mengenal identitasnya sebagai petani, dan mereka juga mulai mengetur diri dengan memakai peraturan dan hukum. Sehingga pada saa itu, konteks Ekonomi bangsa Israel adalah bercocok tanam.[24]

2.5. Analisa Struktur
1.      Struktur menurut buku Thomas Holdcroft, Kitab-kitab Sejarah[25]
Dalam pembagian besar kitab:
I.                   Kata pengantar untuk kitab ini ( 1:1-3:4)
II.                Kemurtadan, penawanan, dan pembebasan Israel ( 3:5-16:31)
III.             Anarki di Israel (17-21)
Dalam uraian:
Pasal 1                   : kemenangan yang tidak rampung dari suku Yehuda
Pasal 2:1-5             : Kunjungan Malaikat
Pasal 2:6-3:4          : Rangkuman Peristiwa-peristiwa
Pasal 3:5-11           : Otniel, Hakim yang diurapi
Pasal 3:12-30         : Ehud, Hakim yang kidal
Pasal 3:31              : Samgar, Hakim dengan tongkat penghala lembu
Pasal 4:1-5:31        : Debora dan Barak, para hakim yang memerintah bersamaan
Pasal 6:1-8:35        : Gideon, Hakim bulu domba
Pasal 9:1-57           : Abimelekh, Hakim yang merampas kekuasaan\
Pasal 10:1,2           : Tola, Hakim dari suku isakhar
Pasal 10:3-5           :Yair, Hakim dari Gilead
Pasal 10:6-12:7      : Yefta, Hakim yang diangkat diangkat dengan perjanjian
Pasal 12:8-10         : Ebzan, Hakim dari Betlehem
Pasal 12: 11,12      : Elon, Hakim dari suku Zebulon
Pasal 12:13-15       : Abdon, Hakim keluarga
Pasal 13:1-16-30   : Simson, Hakim yang perkasa
Pasal 17:1-18:31    : Suku dan mendirikan kota Dan
Pasal 19 :1-21:35   : Nasib suku Benyamin
2.      Struktur menurut buku F. Davidson dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini[26]
Pasal 1:1-2:5          : Penaklukan Sebagian Kanaan oleh Israel
                              1:1-21              : Penaklukan Kanaan bagian Selatan
                              1:22-26            : Perebutan Betel
                              1:27-36            : Kota-kota yang tak dapat direbut oleh Israel
                              2:1-5                : malaikat Tuhan di Bokhim
Pasal 2:6-3:6          : Sebabnya beberapa bangsa bukan Israel dibiarkan di negeri itu
                              1:6-10              : Meninggalnya Yosua dan para tua-tua
                              2:11-13            : Penyembahan berhala orang Israel
                              2:14-19            : Ringkasan zaman Hakim-hakim
                              2:20-3:6           : Dibiarkannya beerapa bangsa untuk menguji Israel
Pasal 3:7-11           : Penindasan Kusyan-Risyataim dan pelepasan oleh Otniel
Pasal 3:12-30         : Penindasan Eglon Raja Moab dan pelepasan oleh Ehud
                              3:12-14            : Penindasan oleh Eglon
                              3:15-30            : Pelepasan oleh Ehud orang Benyamin
Pasal 3:31              : Perbuatan-perbuatan perkasa Samgar bin Anat
Pasal 4:1-24           : Penindasan Yabin raja Kanaan dan pelepasan oleh Debora dan Barak
                              4:1-3                : Penindasan di bawah Yabin dan Sisera
                              4:4-16              : Pertempuran di Kison
                              4:17-24            : Kematian Sisera
Pasal 5:1-31a         : Nyanyian Debora dan Barak
Pasal 5:31b-8:32    : Penindasan orang Midian dan pelepasan oleh Gideon
                              5:31b-6:6         : Penindasan orang Midian
                              6:7-10              : Nabi
                              6:11-24            : Malaikat Tuhan mengunjungi Gideon
                              6:25-32            : Gideon merobohkan mezbah Baal
                              6:33-35            : Gideon menghimpun suatu tentara
                              6:36-40            : Bulu domba Gideon
                              7:1-8                : Pengurangan tentara Gideon
                              7:9-14              : Gideon di perkemahan Midian
                              7:15-25            : Kemenangan Gideon           
                              8:1-3                : Keluhan suku Efraim
                              8:4-21              : Pengejaran dan penangkapan atas Zebah dan Salmuna
                              8:22-32            : Pemerintahan Gideon atas Israel
Pasal 8:33-9:57      : Riwayat Abimelekh
Pasal 10:6-12:7      : Penindasan Amon dan pelepasan oleh Yefta
                              10:6-18            : Penindasan orang Amon
                              11:1-11            : Yefta terpilih menjadi pemimpin
                              11:12-28          : Protes Yefta terhadap raja bani Amon
                              11-29-40          : Kemenangan Yefta dan Nazarnya
                              12:1-7              : Perselisihan Yefta dengan Efraim
Pasal 12:8-15         : Ebzan, Elon dan Abdan: Hakim-hakim kecil
Pasal 13:1-16:31    : Penindasan Filistin dan Perbuatan luar biasa Simson
                              13:1-25            : Pemberitahuan dan kelahiran Simson
                              14:1-20            : Perkawinan Simson
                              15:1-16:3         : Perbuatan-perbuatan luar biasa lainnya dari Simson
Pasal 17:1-18:31    : Imam Mikha dan migrasi suku Dan
                              17:1-13            : Imam Mikha
                              18:1-31            : Migrasi suku Dan
Pasal 19:1-21:25    : Perang melawan Benyamin
                              19:1-30            : Perbuatan noda di Gibea
                              20:1-48            : Penghancuran Gibea
                              21:1-25            : Perdamaian
3.      Struktur menurut buku Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar kitab-kitab PL[27]
Ø  Penaklukan Tanah Kanaan (1-2): Yehuda, Simeon, Betel
Ø  Hakim Otniel (2-3) di suku Yehuda
Ø  Ehud di suku Benjamin, mereka melawan bangsa Kusyan dan kemudian hakim Samgar (3:31).
Ø  Hakim Debora dan Barak (4-5) di daerah Efraim, Benjamin, Manase, Zebulon, Isasar, dan Naftali.
Ø  Hakim Gideon (6-9): di Manase, Aser, Zebulon, Naftali. Musuh orang Midian.
Ø  Hakim Tola, Yair dan Yefta (10-11): hakim Yefta di Gillead, musuh orang Amon
Ø  Hakim Ebzan, Elon, dan Abdon (12) memerintah di Betlehem dan Zebulon
Ø  Hakim Simson (13-16): di Dan dan melawan Filistin.
Ø  Peristiwa lain (17-21): Migrasi suku Dan, perang antara Benyamin dan Yehuda.
Keputusan     : Penafsir menggunakan struktur kitab dari buku Tafsiran Alkitab Masa Kini, karena dalam struktur ini, ayat yang penafsir tafsirkan lebih diperincikan dan mudah dimengerti.

2.6. Analisa Tradisi
                 Bangsa israel setelah pemerintahan Yosua haruslah menaklukan sisa-sisa musuh dan membinasakan mereka. Jadi ketika itu tidak ada seorang raja diantara orang Israel, akan tetapi bukanlah itu berarti bahwa mereka boleh berbuat sesuka hatinya, karena Allah sendirilah yang menjadi raja mereka. Mereka harus menurut segala undang-undang Tuhan. Akan tetapi mereka menolak Allah sebagai raja mereka lalu berbuat sesuka hatinya saja. Itulah dosa Israel dan itu pula sumber segala dosa lainnya di zaman hakim-hakim itu. Allah menyuruh bangsa Israel membinasakan orang-orang kanaan, akan tetapi perintah itu diabaikan saja. Bangsa Israel memang mengalahkan orang kanaan dan disuruh membayar pajak dan cukai, akan tetapi tidaklah mereka dibinasakan. Dan ada kalanya orang-orang Israel tidak berani menyerang, takut melihat kereta perang orang kanaan,. Inilah suatu sikap yang kurang percaya kepada Allah. Akibatnya bangsa Israel bercampur dengan orang-orang kanaan. Akibatnya pula ialah bahwa agama Israel di campur aduk dengan agama orang-orang kanaan. Mereka kawin gadis-gadis kanaan dengan demikian mereka menerima pula tradisi orang kanaan. Dewa-dewa orang kanaan di taruh disamping Tuhan dan disembah oleh orang-orang Israel pula.[28]
2.7. Analisa Bentuk
                   Bentuk dari teks ataupun kitab ini adalah sebuah penyajian kisah Israel antara kematian Yosua dan munculnya Samuel. Kitab ini berisikan suatu rangkaian cerita mengenai Hakim-hakim. Penulis Deutronomi memberikan bingkai teologis pada cerita-cerita mengenai Hakim-hakim besar. Kerangka ini menyajikan sebuah pengantar yang menguraikan bagaimana umat telah berdoa: bagaimana Tuhan membiarkan mereka jatuh ke tangan musuh-musuh mereka; dan bagaimana Tuhan mengirimkan seorang penyelamat untuk membebaskan umat jika mereka berseru. Kerangka ini juga menyajikan kunci untuk menafsirkan kisah para hakim, yaitu bagaimana dosa mengantar pada hukuman, tetapi tobat mengantar pada pembebasan.[29]
2.8. Analisa Sastra
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dan diberi latar yang teologis sastra oleh seorang oleh seorang penyusun dikemudian hari. Jadi misalnya, Nyanyian Debora (Hakim 5) sering diberi tanggal pada masa pramonarki, sementara ungkapan yang berulang-ulang diucapkan oleh narrator, pada “zaman itu tidak ada raja diantara orang Israel”. Memberikan bukti yang jelas bahwa pada waktu ia (si penulis) menuliskan peristiwa-peristiwa ini bangsa itu telah mempunyai raja. Kita mengerti bahwa penulisan kitab ini melibatkan satu proses yang barangkali memakan waktu beberapa abad.[30]
2.9. Analisa Teks
2.9.1.      Perbandingan Bahasa
Dalam melakukan perbandingan Bahasa, saya penafsir menggunakan Alkitab Bahasa Indonesia (LAI), Alkitab Bahasa Inggris (KJV), Alkitab Bahasa Batak Toba (BDE), dan Alkitab Ibrani (Teks Masorah/TM):
Ayat 1
LAI                       : Pergi
NIV                       :Went up (Naik)
BDE                      :Nangkok (Naik)
TM                        : וַיַּעַל (Sekarang Naik)                                              
Kesimpulan          : Yang mendekati TM adalah NIV dan BDE
Ayat 2
LAI                       :Haruslah kamu robohkan
NIV                       :You shall break down(Kamu harus memecahkan)
BDE                      : Ingkon lohaonmuna do (kalian harus menghancurkan)
TM                        : תִּתּצוּן (Kamu harus memecahkan)
Kesimpulan          : Yang Mendekati TM adalah NIV
Ayat 3
LAI                       : Aku tidak akan menghalau orang-orang itu
NIV                       : I will not drive them out (Aku tidak akan mengusir mereka)
BDE                      : Ndang onjaronKu nasida (Aku tidak akan mendorong mereka)
TM                        :לא־אֲנָרֵשׁ  אוֺתָם  (Aku tidak akan mengusir mereka)        
Kesimpulan          : Yang Mendekati TM adalah NIV
Ayat 4                  
LAI                       : Menangislah
NIV                       :Wept aloud (Menangis keras)
BDE                      : Tumatangis (Menangis berlarut-larut)
TM                        : וַיַּבְבּוּ (dan menangislah)
Kesimpulan          : Yang Mendekati TM adalah LAI
Ayat 5      
LAI                       : Lalu mereka mempersembahkan korban disana
NIV                       : There they offered sacrifices (disana mereka mempersembahkan)
BDE                      : Laos disi ma nasida mamele (dan disitulah mereka memper- sembahkan­)
TM                        : וַיַּזְבְּחוּ־שָׁם (dan mereka mempersembahkan disana)         
Kesimpulan          : Yang Mendekati TM adalah LAI
2.9.2.      Kritik Aparatus
            Ayat 1a  dalam Teks Masorah terdapat terdapat kata אֶל־הַבֺּכִ֑ים yang artinya “Bokhim”. Kritik Aparatus dalam Kodeks Leningrad dari Perjanjian Lama Ibrani dan kodeks kairo yang lain, beberapa naskah Perjanjian Lama teks Ibrani berjarak dengan teks Abad pertengahan
Ayat 1b dalam Teks Masorah tedapat kata וַיּאׄמֶרֹ֩ yang artinya “dan dia berkata”. Kritik Aparatus barangkali disini beberapa naskah sabda itu hilang, dan diperbandingkan dengan terjemahan Yunani dari PL Septuaginta
Ayat 1c dalam Teks Masorah terdapat kata אַעֲלֶה yang artinya “saya membawa”. Kritik Aparatus peneliti modern yang mengusulkan kata וׇא yang artinya “dan”
Keputusan     : Penafsir menolak usulan Kritik Aparatus, karena memperkabur makna teks dan penafsir tetap mamakai teks masora
Ayat 3a dalam Teks masorah terdapat kata לאׄ־אֳגָרֵשׁ yang artinya “Aku tidak akan mendorong”  Kritik Aparatus terjemahan teks Yunani asli προσθήσω τού μετοίκισαι τόν λαόν, ὃν ειπα τού ὲξολεθρευσαι αὐτύς yang artinya tidak akan ada niat orang-orang itu untuk pindah dari hadapanmu
Ayat 3b Dalam Teks Masorah terdapat kata מׅפְּנֵיכֶם yang artinya “sebelum kamu” Kritik Aparatus beberapa naskah-naskah perjanjian lama mengusulkan kata מׅלּׅפְ yang artinya penafsir tidak menemukan
Keputusan     : Penafsir menolak usulan Aparatus karena arti teks tidak penafsir temukan.
Ayat 3c Dalam Teks Masora terdapat kata לְצׅדּׅ֔ים yang artinya “Jerat” Kritik Aparatus terjemahan Yunani Septuaginta (Targum dan terjemahan Latin Vulgata)mengusulkan kata εις συνοχας yan artinya “Konsistensi”
Keputusan     : Penafsir menolak usulan dari Aparatus karena memperkabur makna teks dan tetap menggunakan teks masora
2.9.3.      Terjemahan Akhir
Ayat 1: lalu malaikat Tuhan sekarang naik dari Gilgal ke Bokhim dab berfirman “Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan kubawa ke negeri yang kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya.
Ayat 2: tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka kamu haruslah merobohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firmanku. Mengapa kamu perbuat demikian.
Ayat 3: lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan mengusir mereka dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu, dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu.
Ayat 4: Setelah Malaikat Tuhan mengucapkan Firman itu kepada seluruh israel, dan menangislah bangsa itu dengan keras.
 Ayat 5: Maka tempat itu dinamai Bokhim. Dan mereka mempersembahkan disana kepada Tuhan.
2.9.4.      Tafsiran
Ayat 1
“ Lalu Malaikat Tuhan pergi dari Gilgal ke Bokhim”. Kata “Malaikat” sebenarnya berasal dari bahasa Yunani aggelos, yang berarti “pembawa pesan.” Kata Ibrani yang sama mal'ak mempunyai arti yang sama. Malaikat hanya bisa berada di satu tempat pada satu saat, dan mempunyai keberadaan lokal saja. Malaikat dapat mengambil bentuk seorang manusia jika memang dibutuhkan.Penampilan mereka terkadang dalam bentuk sinar yang menyilaukan dan dalam kemuliaan yang menggentarkan (Matius 28:2-4).
Malaikat Tuhan (Yahweh) adalah ungkapan yang banyak digunakan dalam PL untuk menunjukkan Yahweh sendiri dalam bentuk pernyataanNya kepada manusia dan perhatiannya langsung kepada mereka yang di temui-Nya. Bnd Hak. 6:11-24;13:3-21. Istilah “Malaikat Tuhan” muncul lima puluh sembilan kali dalam perjanjian lama, sekurang-kurangnya tiga kali dalam hakim-hakim: yaitu pada ayat 6:20 dan 13:6,9. Penampakan malaikat Tuhan dalam kitab Hakim-hakim kerap kali muncul secara tiba-tiba, dan muncul sebagai wakil dari Tuhan. Penampakan Malaikat adalah Fenomena adi-kodrati dan Hakim-hakim 13 mengatakannya sebagai “amanat menakutkan”. Dikatakan menakutkan dikarenakan bahwa kedatangan Malaikat Tuhan kerap sekali karena adanya suatu tujuan ataupun kabar berita yang akan di sampaikan, terutama pada konteks bangsa Israel pada kitab hakim-hakim ditegaskan bahwa kedatangan Malaikat Tuhan adalah untuk menegur bangsa Israel yang terus saja melanggar perintah/ kemurtadan nya terhadap Allah, dan pada saat itu setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri sehingga mereka mengabaikan perintah yang diberikan Tuhan yaitu untuk mengusir orang Kanaan dari tanah itu agar bangsa Israel dapat menduduki seluruh tanah itu.Gilgal merupakan tempat markas bangsa Israel ketika mereka memasuki kanaan (Yos. 4:19). (Gilgal mengandung pengertian adanya suatu lingkaran, mungkin sekali terdiri atas batu-batu yang berdiri) terletak antara sungai Yordan dengan Yerikho, mungkin ditempat modern yang bernama Khirbet el-Mefjir, 2,5 km sebelah timur laut Yerikho. Pada abad ke-8 setidak-tidaknya pada pemerintahan raja Uzia dan Hizkia, Gilgal menjadi pusat peribadahan baik formal dan non-spritual. Ikatan antara betel (Bokhim) dan Gilgal (digambarkan juga dlm 2 Raj. 2:1-2) diperkuat oleh jalan penting yang menghubungkan keduanya. Gilgal menjadi basis operasi Israel sesudah penyebrangan Yordan (Yos 4:19), dan menjadi pusat rentetan peristiwa penaklukan Kanaan: 12 batu peringatan didirikan pada waktu bangsa Israel berkemah disana (Yos 4:20). Bokhim dalam teks aslinya agaknya bermula disebut “Betel” suatu perkataan yang terdapat dalam LXX (Kritik Aparatus terjemahan Yunani Septuaginta). Ini dapat menunjukkan kepada kesegeraan dipindahkannya tabut perjanjian beserta tempat suci kemahnya dari Gilgal (Yos. 4:18-19) ke Betel (Hak. 20:26-27).
Ayat 2
“ Janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini”. Pada ayat ini kata Jangan merupakan kalimat perintah yang juga merupakan suatu kalimat yang menekankan larangan yang di sampaikan malaikat Tuhan kepada bangsa Israel agar mereka bisa menjadi umat yang terpisah dan kudus yang membenci cara hidup jahat masyarakat kafir di sekelilingnya, termasuk untuk tidak seperti orang Kanaan. Bangsa Israel tegas dilarang untuk mengikat perjanjian terhadap penduduk/orang kanaan yaitu agar bangsa Israel tidak ikut serta dalam pemujaan dewa-dewi Kanaan, karena itu merupakan suatu hal yang menduakan Tuhan. Untuk itulah kemudian Malaikat Tuhan memerintahkan untuk tidak mengikat perjanjian kepada penduduk di negeri tersebut. Akan tetapi bangsa Israel pada saat itu tidak setia kepada Allah dan perintah Allah , meskipun mereka berjanji akan setia kepada Allah. Salah satu contoh ketidaksetiaan itu adalah dalam hal perkawinan. Dalam hukum taurat, karena itu akan menjadi bahaya bagi orang Israel yang dimana mereka akan dipengaruhi untuk beribadat kepada ilah-ilah lain (Ul 7:3-4). Sedangkan pada zaman para Hakim ada orang-orang Israel yang melanggar hukum tersebut dan akibatnya agama Israel dicampur-baurkan dengan agama-agama bangsa lain tersebut (Hak 3:5-6). Penduduk negeri ini, yang dimaksud disini adalah suku Kanaan dan suku lainnya yang memang sudah ada saat sebelum bangsa Israel sampai ditanah itu. Untuk itu jugalah Malaikat Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk tidak membuat perjanjian atau mengikat perjanjian dengan penduduk/ suku-suku tersebut karna sebelumnya bangsa Israel telah diperintahkan untuk mengusir orang Kanaan dari tanah itu, agar hanya merekalah yang berdiam di tanah itu. Akan tetapi bangsa Israel tidak mendengarkan firman Tuhan tersebut dan bahkan telah ikut mentuhankan dewa-dewa bangsa kanaan tersebut.  Perintah yang kemudian juga dikatakan bahwa bangsa Israel haruslah merobohkan mezbah mereka, yaitu tempat penyembahan-penyembahan mereka kepada ilah-ilah lain itu. Akan tetapi bangsa Israel tidak mendengarkan firman Tuhan, bahkan mereka yang juga ikut menyembah ilah-ilah lain tersebut sehingga perintah yang telah disampaikan pun tidak terlaksana, dan penduduk asli tersebut tetap tinggal hingga merusak bangsa Israel. Pada masa para hakim ini, Israel menuai hasil ketidaktaatannya.
Ayat 3
Aku tidak akan mengusir mereka. Mereka yang dimaksud disini adalah bangsa Kanaan. Allah membiarkan orang-orang yang ada ditanah itu untuk menindas bangsa Israel dan tidak mengusir suku kanaan tersebut, dengan kata lain Ketidaktaatan umat Israel dipakai Allah sebagai sarana untuk mengajar mereka sehingga mereka bisa lebih memahami tujuan Allah dalam memilih mereka dan mengadakan hubungan yang Istimewa dengan mereka. Ujian itu akan memperlihatkan kebenaran ganda, yakni bahwa Allah tetap setia memegang perjanjianNya, meskipun umatNya tidak setia, dan jika mereka berseru kepadaNya, dia akan menyelamatkan mereka..Allah tidak membantu bangsa Israel adalah karena disinilah bangsa Israel menuai dari hasil ketidaktaatan mereka, dimana mereka mendapat berbagai tantangan, baik dari bangsa Israel sendiri maupun dari suku-suku/penduduk asli tersebut. Terjadi perang saudara, mereka menjadi sengsara, mereka menjadi murtad, dan akibat dari  penyembahan berhala yang dilakukan bangsa Israel, Allah memakai para penduduk asli itu untuk menegur bangsa Israel tersebut melalui ketertindasan ataupun kesengsaraan mereka, apakah mereka akan kembali menaati dan setia kepada Allah dan bukan kepada ilah-ilah lain atau tetap seperti itu. Namun bangsa Israel pada saat itu tetap menyembah dan bertindak sesuai kemauannya karena memang tradisi-tradisi orang-orang kanaan pada saat itu menawarkan hal-hal duniawi yang membuat bangsa Israel tertarik, dan bahkan Hukum taurat yang melarang untuk tidak kawin dengan agama lain pun dilanggar. Sehingga itulah tujuan dari pada kedatangan Malaikat Tuhan, yaitu untuk menegur dan mengigatkan serta memberi hukuman bagi bangsa Israel .


Ayat 4
Kemudian, setelah Malaikat itu mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel,  dan Menangislah bangsa itu dengan Keras. Menangis dalam artian disini adalah bahwasanya bangsa Israel tersebut menyesal akan kesalahan yang mereka perbuat dan malaikat Tuhanlah yang menyadarkan mereka akan kesalahan mereka. Mereka menangis dengan sangat keras adalah mengingat bahwa kesalahan mereka sangatlah besar,karena mereka tahu bahwa mereka telah menduakan Tuhan dengan menyembah ilah-ilah lain dan melanggar hukum taurat yang tegas melarang perkawinan campur pada saat itu.
Ayat 5
Maka tempat itu dinamai Bokhim. tempat ini dinamai Bokhim adalah setelah kedatangan Malaikat Tuhan ditempat itu, yang dimana seluruh israel menangis dan sadar akan kesalahan mereka. Sehingga tempat itu menjadi suatu sejarah bagi bangsa Israel, sehingga tempat itu dinamai Bokhim atau “orang-orang yang menangis”.
2.10.  Skopus
“Kasih Setia Tuhan”
III.             Refleksi Teologis
Umat Israel pada masanya dapat digambarkan dengan kita umat Tuhan pada masa kini, yang dimana meskipun kasih Tuhan yang selalu menyertai kita dalam kehidupan kita, bahkan saat kita memiliki pergumulan dan kita meminta bantuan ataupun pertolongan kepada Tuhan, Tuhan pasti akan menolong kita, baik melalui perantara-perantaraaNya (Hakim-hakim 2:18). Begitu juga umat Israel yang mendapat kasih setia Tuhan (Ulangan 5:10) dan mendapat pengampunan dari Tuhan mesikupun bangsa itu telah murtad ataupun berpaling kepada ilah-ilah lain. Dalam Ulangan 7:9 dikatakan bahwa “Sebab itu haruslah kauketaui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.
IV.             Kesimpulan
Kemurtadan bangsa Israel menjadi penyebab datangnya ancaman atas negeri ini. Secara gambalang dinyatakan dalam Perikop 2:1-3, 20-22. Berkali-kali kita melihat Israel melanggar perjanjian, berpaling kepada allah-allah/dewa-dewa (Baal dan lainya) orang Kanaan, dan begitu biasa “ melakukan apa yang jahat di mata Tuhan”. Kekacauan dan gambaran buruk dalam kitab ini disebabkan oleh dosa yang berulang-ulang. Ajaran kitab Hakim-hakim ini menjelaskan bahwa umat Israel dapat hidup hanya dengan setia kepada Tuhan Allah, sedangkan bila mereka meninggalkan Allah, mereka akan selalu mengalami kesukaran. Akan tetapi bangsa Israel tidak setia kepada Allah. Salah satu contoh ketidaksetiaan itu adalah dalam hal perkawinan. Dalam hukum taurat jelas dilarang perkawinan antar agama, karena itu merupakan sesuatu yang bahanya bagi umat Israel jika mereka kawin dengan orang yang tidak percaya dengan Tuhan Allah, mereka bisa dipengaruhi untuk beribadap kepada ilah-ilah lain (Ul 7:3-4). Zaman para hakim, ada yang melanggar hukum tersebut, dan akibatnya agama israel dicampur-baurkan dengan agama suku yang ada pada saat itu. Oleh karena ketidaksetiaan itu, bangsa kanaan dan bangsa lainnya bisa tetap tinggal di tanah itu meskipun awalnya ada perintah kepada bangsa Israel bahwa mereka harus mengusir bangsa kanaan dan penduduk asli yang ada ditanah itu agar hanya bangsa Israel lah yang menduduki tanah itu, tetapi hal itu tidak terjadi karena ketidak setiaan dan ingkar janji bangsa Isrel, sehingga bangsa mereka ditidas pada saat itu. Ketidaktaatan umat Israel dipakai Allah sebagai sarana untuk mengajar mereka sehingga mereka bisa lebih memahami tujuan Allah dalam memilih mereka dan mengadakan hubungan yang Istimewa dengan mereka. Ujian itu akan memperlihatkan kebenaran ganda, yakni bahwa Allah tetap setia memegang perjanjianNya, meskipun umatNya tidak setia, dan jika mereka berseru kepadaNya, dia akan menyelamatkan mereka.
V.                Daftar Pustaka
Bakker, F.L. Sejarah Kerajaan Allah 1, Jakarta: BPK-GM, 1990
Baxter, J. Sidlow, Menggali Isi Alkitab 1, Jakarta: Bina Kasih/OMF
Blommendaal, J. Pengantar Kepada PL, Jakarta: BPK-GM, 2016
Davidson, F. dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini, Jakarta:Bina Kasih/OMF, 1995
Hayes, Jhon H. Pedoman Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 1993
Hill, Andrew E. & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lamai, Malang: Gandum Mas, 2008
Holdcroft, L. Thomas, Kitab-kitab sejarah, Malang: Gandum Mas, 1992
Jr, David M. Howard, Kitab-kitab Sejarah dalam PL, Malang: Gandum Mas, 2002
Lasor, W.S. dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, Jakarta:BPK-GM, 2012
Lasor, W.S. dkk, Pengantar PL 1 Taurat dan Sejarah, Jakarta: BPK-GM, 1993
Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Yogyakarta:Kanisius,2006
Saragih, Agus Jetron, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab PL, Medan: Bina Media Perintis, 2016
Situmorang, Jonar T.H. Bibliologi-Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab dari masa ke masa, Yogyakarta: Andi, 2013
Wahyono, S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-GM, 1994




[1] Jonar T.H. Situmorang, Bibliologi-Menyikapi Sejarah Perjalanan Alkitab dari masa ke masa, (Yogyakarta: Andi, 2013), 3
[2] Jhon H. Hayes, Pedoman Penafsiran Alkitab, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 52
[3] W.S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta:BPK-GM, 2012), 71
[4] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab PL, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 84
[5] W.S. Lasor dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta:BPK-GM, 2012), 299
[6] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab PL, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 85
[7] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab PL, 84-85
[8] Unsur-unsur awal: nyanyian Debora (Hak 5); orang Yebus di Yerusalem (1:21); sidon masih merupakan kota utama Fenisia (3:3); orang kanaan masih di Gezer (1:29). Unsur-unsur kemudian: Silo sudah hancur (18:31): “Pada zaman itu tidak ada raja diantara orang Israel” (17:6; 18:1), yang memberi kesan ditulis pada waktu zaman kerajaan; “sampai penduduk negeri itu diangkut sebagai orang buangan” (18:30), yang memberi kesan ditulis sesudah penyerbuan Asyur- Kecuali ada kekhilafan menulis.
[9] W.S. Lasor dkk, Pengantar PL 1 Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 1993),308-309
[10] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi Pengantar Kitab-kitab PL, 86
[11] David M. Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah dalam PL, (Malang: Gandum Mas, 2002), 124
[12] J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 1, (Jakarta: Bina Kasih/OMF), 234
[13] Agus Jetron Saragih, kitab Ilahi Pengantar PL, 87-88
[14] S. Wismoady Wahyono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 1994), 61
[15] J. Blommendaal, Pengantar Kepada PL, (Jakarta: BPK-GM, 2016), 19
[16] J. Blommendaal, Pengantar Kepada PL, 19-20
[17] W.S. Lasor dkk, Pengantar PL 1 Taurat dan Sejarah, (Jakarta: BPK-GM, 1993),309-310
[18] J. Blommendaal, Pengantar Kepada PL, 20-21
[19] Andrew E. Hill & Jhon H. Walton, Survei Perjanjian Lamai, (Malang: Gandum Mas, 2008), 280
[20] David M. Howard Jr, Kitab-kitab Sejarah dalam PL, (Malang: Gandum Mas, 2002), 131-132
[21] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, , (Jakarta: BPK-GM, 1990), 416
[22] S. Wismodi Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: BPK-GM, 2004), 123
[23]  F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1, (Jakarta: BPK-GM, 1990), 415-416
[24] S. Wismodi Wahono, Disini Kutemukan, 117-118
[25] L. Thomas holdcroft, Kitab-kitab sejarah, (Malang: Gandum Mas, 1992), 35-51
[26] F.Davidson dkk, Tafsiran Alkitab Masa Kini, (Jakarta:Bina Kasih/OMF, 1995), 388-390
                [27] Agus Jetron Saragih, Kitab Ilahi, (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 86-87.
[28] F.L. Baker, Sejarah Kerajaan Allah,(Jakarta:BPK-GM,2015), 415-417
                [29] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, (Yogyakarta:Kanisius,2006), 251
[30] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang:Gandum Mas,2008), 278

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trinitarianisme Sosial dan Trinitarianisme Posisi Tengah

Tafisiran historis Kritis Kisah para rasul 5:1-25 ananias dan safira

BUKU pengajaran PAK untuk orang dewasa-beserta kotbah