Tafisiran historis Kritis Kisah para rasul 5:1-25 ananias dan safira
Penafsiran Kisah Para Rasul 5:1-25
dengan menggunakan Metode Historis
Kritis
I.
Pendahuluan
Untuk mnemukan pesan dari setiap teks
Alkitab, maka para teolog berusaha untuk menafsir Alkitab dengan berbagai
metode. Metode yang umum digunakan dalam menafsir ialah metode Historis Kritis.
Dan dibawah ini, penulis akan menafsirkan teks Alkitab yang diambil dari Kisah
Para Rasul dengan metode Historis Kritis. Dan untuk lebih jelasnya mari kita
baca penafsiran berikut ini.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Metode Penafsiran Historis Kritis
Historis Kritis adalah salah satu metode
penafsiran yang memahami makna teks secara historis (sejarah) atau memahami
teks berdasarkan konteks dan situasi kehidupan (Sitz im leben).[1]
Historis Kritis merupakan sebuah metode yang sangat diperlukan untuk menggali
kebenaran isi Alkitab dari segi sejarahnya.[2]
Selain itu metode ini juga merupakan suatu analisa terhadap suatu teks yang
mana berbentuk dokumen yang memiliki sebuah sejarah atau apakah yang diisi dari
teks tersebut adalah menceritakan tentang sejarah.[3]
2.2.Tujuan Historis Kritis
Tujuan dari metode historis kritis
adalah untuk menemukan arti makna dari sebuah teks dengan mengutamakan dari
segi kesejarahannya secara kritis dan sistematis serta menjaga agar
penafsir-penafsir tidak memaksakan teks dari kebudayaan seseorang ke dalam
horizon pengertian masa kini. Tujuannya agar menjangkau teks asli yang dapat
dipercaya dengan mempelajarinya.[4]
2.3.Pengantar Kitab Kisah Para
Rasul
2.3.1. Kitab Kisah Para Rasul
Kitab Kisah Para Rasul adalah sambungan
Injil Lukas dan kedua kitab tersebut merupakan kesatuan dan ditulis untuk orang
yang sama (Teofilus), baik Injil yang menceritakan kehidupan dan pengjaran
Yesus, maupun Kisah Para Rasul yang menceritakan bagaimana pekerjaan Yesus
telah berkembang menjadi gerakan Kristen di seluruh dunia.[5] Kitab Kisah Para Rasul lebih banayk
menceritakan pengalaman Paulus dalam mengabarkan Injil. Kisah Para Rasul juga
menceritakan sejarah gereja Kristen. Kisah Para Rasul berisikan tindakan dan
kejadian-kejadian luar biasa, hal-hal yang menentukan sejarah selanjutnya yang
pantas dikenang oleh umat Kristen, meskipun tidak menyangkut Yesus sendiri di
bumi.[6]
2.3.2. Latar Belakang Kitab Kisah Para Rasul
Dalam sebuah naskah dari bagian terakhir
abad kedua sesudah Kristus, sudah terdapat nama “Kisah Para Rasul”. Disebut
nama demikian karena isi kitab ini hampir semuanya menceritakanpekerjaan Para
Rasulsetelah TuhanYesusnaikkesurga (Kis 1:9-14). Inti Kitab ini terutama
menonjolkan perbuatan dan pekerjaan pemberitaan injil oleh dua Rasul Tuhan,
yaitu Rasul Petrus (Ps.1:12) dan Rasul Paulus (Ps. 13-28). Kitab ini sudah
sejak semula disebut Kisah Para Rasul dan tercantum di kanon Alkitab. Dalam
kanon Muratorianus (+- 200 sesudah
Kristus). Yang memuat daftar kitab-kitab sebagaimana menurut anggapan umum,
termuat ke dalam perjanjian Baru, maka kitab ini tercantum nama “Kisah Para
Rasul”.[7]
2.3.3.
Tempat dan Waktu Penulisan Kitab
Kisah Para Rasul
Kisah Para
RasuldiselesaikanagakjauhsedemikiansesudahInjil Lukas,
selakupatokankira-kiratahun 85.[8]
Mengenai soal tempat penulisan sama sekali tidak ada ketentuan, Lukas, orang
Siria dari Anthiokia, yang pekerjaannya adalah tabib, menjadi Rasul, dan
kemudian mengikuti Paulus sampai ia wafat. Lukas meninggal di Boiotia letaknya
di tanah Yunani, penuh dengan Roh Kudus pada umur 84 tahun tanpa istri dan
anak, sesudah ia melayani Tuhan dengan tidak menyimpang. Sesudah ada injil,
yakni injil Matius yang ditulis di tanah Yudea dan Injil Markus di Italia, ia
mengarang Injil ini didorong oleh Roh Kudus.[9]
2.3.4.
Penulis Kitab Kisah Para Rasul
Secara umum, hampir semua umat Kristiani
mengakui bahwa penulisnya adalah Lukas. Meskipun dalam kitab Kisah Para Rasul
nama Lukas tidak disebutkan, namun ada disebutkan “ayat-ayat kami”. Yakni
ayat-ayat dimana Lukas memakai perkataan “kami”, dengan jelas menunjukkan
kepada Lukas sebagai penulis.[10]
Ada beberapa alasan kuat sebagai indikasi untuk membuktikan bahwa Lukas penulis
Kitab Para Rasul, yakni:
a.
Dari Penerimaan Surat
Penerimaan surat ini adalah Teofilus. Dan surat
ini merupakan yang kedua ditujukan kepada Teofilus. Dari empat kitab Injil
hanya Lukas yang ditujukan kepada Teofilus (Luk 1:1-2). Dari sini semakin nyata
indikasi bahwa Lukaslah Pengarangnya.
b.
Dari Pembukuan Surat
Isi Kitab Para Rasul merupakan sambungan atau
kelanjutan Kitab Injil Lukas
c.
Bahasa Surat
Kitab Injil Lukas dan
Kitab Kisah Para Rasulditulis dengan bahasa Yunani. Hal iitu karena Lukas
adalah seorang kafir (bukan orang Yahudi), yang telah menerima pendidikan
sastra Yunani kuno. Selain itu seorang terpelajar yang mahir akan kebudayaan
Ibrani. Dalam kitab (Kol. 4:14; Fil 24) menyebut Lukas sebagai teman sekerja
Rasul Pulus yang bersunat.[11]
2.3.5. Sumber
Penulisan Kitab Kisah Para Rasul
Mengenai sumber-sumber Kisah Para Rasul,
maka pertama-tama dikemukakan bahwa pemeriksaan yang teliti menyatakan bahwa
kesatuan gaya-bahasanya adalah lebih bulat dibandingksn dengan Injil Lukas.
Oleh karena haya bahasanya terlihat pengaruh bahasa Aram di sana-sini, maka
boleh jadi untuk bagian ini juga dipergunakan sumber tertulis. Tentang “bagian
kami”, juga adalah berdasarkan sumber-sumber istimewa yang agaknya merupakan catatan
pribadi. Yang menarik perhatian ialah bahwa, dipandang dari sudut gaya-bahasa,
bagian ini tidak dapat dibedakan dari keseluruhan. Lukas mungkin menciptakan
“Kami” ini justru karena penggambarannya secara umum.[12]
Hal yang sama berlaku bagi anggapan bahwa pengarang memiliki suatu catatn
perjalanan-perjalanan Paulus karena adanya pasal 13-16, yang mengandung
catatn-catatn singkat mengenai tempat-tempat yang disinggahinya, tuan rumahnya,
dll.[13]
2.3.6. Ciri-Ciri
Kitab Kisah Para Rasul
Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas kitab
Kisah Para Rasul, yaitu:
·
Gereja: Kitab
ini menyatakan sumber kuasa dari sifat sejati misi gereja. Bersama beberapa
prinsip yang harus menguasai gereja pada tiap angkatan
·
Roh Kudus:
Oknum ketiga dari tirinitas disebut secara khusus lima puluh kali, baptisan
dalam pelayanan Roh Kudus memberikan kuasa Ilahi (Kis. 1:8), keberanian (Kis.
4:31), ketakutab yang kudus akan Allah (Kis. 5:3), kebijaksanaan (Kis. 6:3),
dan bimbingan (Kis. 16:6-20)
·
Amanat Gereja
Mula-mula: Lukas dengan cermat mencatat khotbah-khotbah yang diilhamkan oleh
Petrus, Stefanus, Paulus, Yakobus, dan orang lain yang memberikan pengetahuan
tentang gereja mula-mula yang tidak terdapat dalam kitab PB lainnya.
·
Doa: Gereja
mula-mula mengabdikan diri kepada doa yang tetap dan sungguh-sungguh;
kadang-kadang sepanjang malam sehingga hasilnya sempurna.
·
Tanda-tanda,
keajaiban-keajaiba, dan mukjizat-mukjizat: Pernyataan ini menyertai pekabaran
injil di dalam kuasa Roh Kudus.
·
Penganiayaan:
Pekabaran Injil dengan kuasa terus-menerus membangkitkan pertentangan dengan
penganiayaan, baik dari pihak agama maupun sekular.
·
Wanita:
Keterlibatan wanita disebutkan secara khusus dalam pelaksanaan pelayanan
gerejawi.
·
Kemenangan:
Tembok pemisahan (nasional, agama, budaya, suku) dan pertentangan serta penganiayaan
tidak dapat menahan meluasnya injil.[14]
2.3.7.
Tujuan Penulisan Kitab Kisah Para Rasul
Lukas mengumpulkan
keterangan dari saksi mata tentang kehidupan Yesus dan pengikut-pengikutNya. Ia
menulis keterangan ini dalam dua naskah yang sekarang disebut kabar baik
(Injil) yang disampaikan oleh Lukas dan Kisah Para Rasul. Keduanya merupakan
bagian dari Perjanjian Baru. Bagian pendahuluan pada permulaan Injil Lukas
adalah pendahuluan untuk kedua tulisan tersebut. Ada kesinambungan antara dua
tulisan ini yang memiliki satu tujuan. Tujuan itu adalah untuk memberikan suatu
laporan teratur tentang segala sesuatu yang berlangsung diantara Yesus dan
pengikut-pengikut-Nya. Tulisan Lukas mencakup informasi geografis dan historis
yang terperinci. Ia mengaitkan peristiwa-peristiwa di dalam kehidupan Yesus dan
pengikut-Nya dengan peristiwa-peristiwa politis pada waktu itu. Lukas menulis
cerita-cerita ini dalam bahasa Yunani untuk orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi
yang berbahasa Yunani.[15]
Tujuan mendalam Lukas dalam menuliskan surat ini ialah meneguhkan iman dan
memberikan bukti sejarah yang dapat dimengerti tentang pernyataan Allah kepada
manusia dalam karya Kristus, baik melalui jalan kehidupan pribadi-Nya maupun
melalui jalan kehidupan pribadi-Nya maupun melalui gereja-Nya.[16]
Melihat tujuan pengarah Kisah Para Rasul yang
mencantumkan Teofilus yang merupakan seorang yang terkemuka dari antara orang
yang bukan Yahudi menggambarkan pekerjaan orang bersaksi untuk meyakinkan bukan
hanya orang Yahudi namun pekerjaan bersaksi ini harus sampai ke ujung bumi dan
kepada semua orang tanpa terkecuali.[17]
Kata “saksi” dipakai lebih
dari 30 kali, mengingatkan kita bahwa gereja yang sejati adalah gereja yang
bersaksi dari setiap Kristen dipanggil untuk menjadi saksi. Kisah Para Rasul
merupakan buku pedoman misi terbaik yang pernah ditulis. Kisah Para Rasul berakhir
dengan tiba-tiba, seolah-olah tidak selesai. Kitab-kitab Injil memperlihatkan
memperlihatkan karya Yesus Kristus di dunia dan Kisah Para Rasul memberikan
lanjutan karya Allah melalui karya Roh Kudus melalui murid-murid-Nya. Kitab ini
dimulai dengan pemberitaan Injil di kota agama bangsa Yahusi, dan diakhiri
dengan pemberitaan injil di kota Roma, ibu kota dari dunia yang beradab pada
waktu itu.[18]
2.3.8. Tema-tema
Teologis
Tema-tema Teologis Kisah Para Rasul ialah,
a)
Yesus
naik ke Sorga (Kis.1:1-11). Kenaikan Yesus ke surga adalah akhir dari masa
agama Yahudi dan sekaligus permulaan dari masa gereja.
b)
Hari
Pentakosta (Kis.2). Hari Pentakosta adalah hari raya peringatan pemberian hukum
taurat di Gunung Sinai. Dengan hukum taurat itu maka dua belas suku Israel dipersatukan
menjadi satu bangsa milik Allah.[19]
c)
Bersaksi
ialah salah satu tema utama dalam kitab ini karena Para Rasul menunjukkan
betapa tinggi harga yang harus dibayar dalam bersaksi, bahkan Stefanus harus
membayar dengan nyawanya, serta Petrus dan Paulus harus mendapatkan siksaan dan
penjara.
d)
Pertobatan
yang unik terdapat dalam Kisah Para Rasul , dan Allah membawa laki-laki dan
perempuan kepada-Nya dengan berbagai cara, contohnya Sida-sida di Etiopia yang
dibawa Kristus melalui pembacaan Kitab Suci (8:30) dan Saulus dari Tarsus, yang
hidupnya berubah (9:1-19).
e)
Terbentuknya
metode penginjilan yang berbentuk team penginjilan yang digambarkan dalam Kisah
Para Rasul.[20]
2.3.9. Struktur
Kitab Kisah Para Rasul
Mengenai struktur kitab
Kisah Para Rasul kami para penyaji mencantumkan dua struktur kitab untuk
diperbandingkan, yaitu:
1.
Pendahuluan: Tugas kerasulan diberikan, 1:1-11
2.
Injil di Yerusalem: Asal mula, 1:12-8:3
A.
Pelayanan
Petrus, 1:12-5:42
B.
Pelayanan
Stefanus, 6:1-8:3
3.
Injil di Samaria dan Yudea: Peralihan, 8:4-11:18
A.
Pelayanan
Filipus, 8:4-40
B.
Pelayanan
Saulus dimulai, 9:1-31
C.
Pelayanan
Petrus berakhir, 9:32-11:18
4.
Injil ke ujung Bumi: Perluasan, 11:19-21:14
A.
Pelayanan
Barnabas, 11:19-12:25
B.
Pelayanan
Rasul Paulus, 13:1-21:14
1.
Perjalanan
yang pertama, 13:1-14:28
2.
Persidangan
di Yerusalem, 15:1-35
3.
Perjalanan
yang kedua, 15:36-18:22
4.
Perjalanan
yang ketiga, 18:23-21:14
5.
Injil Kaisarea dan Roma: Penawanan, 21:15-28:29
A.
Paulus di
Taiwan di Yerusalem, 21:15-23:10
B.
Paulus
sebagai seorang tawanan di Kaisarea, 23:11-26:32
C.
Paulus
sebagai tawanan di Roma, 27:1-28:29
6.
Penutup: Tugas kerasulan diselesaikan, 28:30, 31
1.
Pelayanan yang dipercayakan kepada para Rasul
melalui Roh Kudus (Kis. 1:1-11).
2.
Pelayanan Petrus, Yohanes dan pembantu-pembantu
para rasul (1:12-7:60)
a.
Peristiwa-peristiwa
di sekitar hari raya Pentakosta (1:12-2:47).
b.
Seorang
lumpuh disembuhkan dan akibat-akibat daripada mujizat itu (3-4)
c.
Pencobaan-pencobaan
yang dihadapi oleh para rasul dalam mengembangkan penginjilan (5-7)
3.
Oleh karena penganiayaan terhadap orang Kristen
Injil disebarkan kemana-mana (8-12)
a.
Filipus
memberitakan Injil di Samaria dan di Afrika (Etiopia) (8)
b.
Saulus
bertobat (9:1-31)
c.
Petrus
melayani di Lida, di Yope, dan di Kaisarea (9:32-11:18).
d.
Barnabas dan
Saulus menhejar orang di Anthiokia (11:19-30)
e.
Yakobus
dibunuh karena Injil, namun Petrus dilepasakan dari penjara karena kuasa Injil
(12).
4.
Perjalanan-perjalanan Pekabaran Injil Rasul Paulus
(13:1-21:14)
a.
Perjalanannya
yang pertama (13-14)
b.
Persidangan
di Yerusalem (15:1-34)
c.
Perjalanan
Paulus yang kedua (15:35-18:23)
d.
Perjalanannya
yang ketiga (18:24-21:14)
5.
Paulus menuju ke Yerusalem (21:15-23:22)
a.
Perjalanannya
ke Yerusalem (21:15-26)
b.
Paulus
ditangkap. Ia berbicara di hadapan orang Yahudi (21:27-22:29)
c.
Paulus di
hadapan Makhamah Agama komplotan orang-orang Yahudi (22:30-23:22)
6.
Paulus dipindahkan ke Kaisarea (23:23-26:32)
a.
Paulus di
hadapan Feliks (23:23-26:32)
b.
Paulus di
hadapan Festus (25:1-12)
c.
Paulus di
hadapan Agripa dan Bernike (25:13-27)
d.
Paulus
membela diri di hadapan Agripa (26)
7.
Paulus di Roma
a.
Perjalanan ke
Roma (27:1-28:16)
b.
Paulus
bersaksi di hadapan orang Yahudi di Roma (28:17-31)
Berdasarkan
dua analisa struktur kitab Kisah Para Rasul , penafsir lebih memilih struktur
kitab dari sumber buku Pengantar Perjanjian Baru oleh Adina Chapman karena
menurut penafsir strutur kitab ini lebih memiliki perincian yang jelas dan
luas.
2.4. Sitz Im
Leben (Analisa Kehidupan)
2.4.1. Konteks
Agama
Dalam
dunia perjanjian baru, agama yang paling kelihatan adalah agama Yahudi dan
Yudaisme dengan kuat mengenai moral, pribadi dan sosial.[23]
Diantara agama lain dalam agama Romawi pada abad yang pertama, Yudaisme
menempati suatu tempat khusus. Agama ini adalah agama nasional yang berasal
dari bangsa Yahudi, tetapi pengikutnya tidak terbatas dikalangan mereka saja,
melainkan banyak angota baru yang berasal dari luar. Ia bukanlah satu-satunya
kepercayaan yang menyembah satu Tuhan, tetapi berbeda dengan yang lainnya.
Pengertian monotheisme mereka lebih kuat daripada pengikut lainnya bahkan
mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan selain dari kepercayaan mereka.[24]
Dalam
aspek keagamaan dalam masa ini kepercayaan dan pemujaan tehadap kekaisaran yang
melampaui manusia hingga tersebar di kekaisaran Romawi. Bahkan sejak zaman
Augustus setiap kaisar yang meninggal dunia dinyatakan sebagai dewa atas
keputusan senat, Hadirnya aspek pemikiran agama yang seperti inimempunyai
dampak yang menguntungkan negara juga terkhusus dapat mempersatukan kecintaan
dan pemujaan tehadap negara sehingga dapat menjadikan dukungan pada negara.[25]
2.4.2. Konteks
Sosial Budaya
Peradaban
tidaklah muncul begitusaja namun cara berbicara dan berpikir aspirasi, dan
prestasi harapan yang terjadi dalam masyarakat
sosial merupakan warisan zaman pra-Romawi. Masyarakat pada umumnha
terbagi menjadi tiga golongan, yakni golongan
atas yaitu para bangsawan, para pejabat Ronawi dan pedegang-pedagang
yang berkembang di kota-kota besar seperti Anthiokia, Efesus, Korintus, Delos
(pusat perdagangan budak), golongan menengah yaitu para mam dan rabi, dan
golongan bawah yaitu para budak dan rakyat biasa. Bagi kalangan Yahudi,
golongan yang paling atas adalah keluarga para imam dan rabi, sedangkan
golongan bawah adalah para budak dan rakyat basa yang tersingkirkan. Kaum budak
adalah golongan yang paling banyak dalam status social karena beberapa factor
termasuk peperangan, hutng piutang, dan kelahiran. [26]
Kebudayaan
yang menonjol pada masa itu adalah helenisme yang merupakan perpaduan
kebudayaan Yunai dan Romawi. Kebudayaan lain yang berlaku ialah dimana orang
miskin menjadi babu ataupun suruhan kepada tuan tanah dan kepada orang-orang
kaya disana. Dan segala kahidupan menjadi sangat sulit dimana orang kaya
semakin kaya dan sebaliknya yang miskin semakin miskin.[27]
2.4.3.
Konteks
Ekonomi
Ekonomi
Romawi berpusat di kota, Romawi termasuk negara yang subur dan kaya namun di
dua sisi yang terdapat dalam negara ini yaitu tuan tanah akan memperkerjakan
budaknya sehingga tuan tanah akan semakin kaya sedangkan orang yang tidak punya
tanah akan tetap miskin dan menjabat sebagai budak yang semena-mena. Yang
memegang ekonomi tertinggi adalah kaisar, kaum bangsawan, para tuan tanah[28]
Orang Kristen harus bekerja untuk menunjang kehidupannya. Perkembangan
peribadahan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi termsuk pertanian, perindustrian,
keuangan, dan pengangkutan inilah yang berperan terhadap penyebaran Injil.[29]
2.4.4. Konteks
Politik
Pada
masa kisah para rasul ada tiga dunia yang sangat berpengaruh dalam bidang
politik, yaitu dunia Yunani dan Helenis, dunia Romawi, dan Yahudi:
1.
Dunia Yunani
dan Helenis
Orang
Yunani kuno menyebut tanah mereka adalah Helas dan menamakan diri mereka Helen,
Athene adalah kota Yunani yang sangat berpengaruh dan paling banyak memberi
inspirasi bagi terbentuknya kerajaan Yunani. Alexander sangat berperan dalam
mengembangkan kebudayaan Helenis. Gaya hidup ini dibawa jauh sampai kedaratan
India oleh tentara Aleksander Agung.[30]
2.
Dunia Romawi
Sumbangsih
terbesar orang Roma terhadap dunia adalah bidang politik dan hukum. Kaisar dan
senat menjadi dua sumber kekuasaan pokok. Senat terbentuk dari beberapa ratus
pemimpin ternama dan paling berpengaruh. Kaisar juga berhak memecat seorang
senat dan jabatannya.
3.
Dunia Yahudi
Pemikiran politik
dan agama orang Yahudi berbaur menjadi satu dalam organisasi yang sama. Karena
itu bisa disebut partai politim atau juga sebagai aliran agama. Jatuhnya
Yerusalem ketangan Romawi pada tahun 70 M, menyebabkan orang-orang Yahudi
menyebar ke daerah-daerah diaspora baik secara sukarela maupun terpaksa
meskpiun jauh sebelumnya yakni sejak abad 6 SM, orang orang Yahudi tersebar di
sekeliling daerah Timur Tengah. Orang-orang Yahudi yang berada di bawah
pemerintahan Romawi sangat tidak setuju diadakannya pembayaran pajak yang
berlangsung. Sehingga para imam dan ahli politik dan agama orang Yahudi dengan
keras melakukan perlawanan akan diadakannya pemungutan pajak.[31]
Psds masa
pemerintahan Romawi, Yerusalem bukanlah daerah yang merdeka dan hampir seluruh
daerah pada waktu penulisan kitab-kitab Perjanjian Baru berada di bawah
pemerintahan Romawi. Kaisar yang terkenal dari sejarah Romawi adalah Julius Caesar,
yang setelah kematiannya, Romawi dipimpin oleh kaisar Agustus yang mapa masa
pemerintahannya Yesus lahir (Luk 2:1-6). Kaisar yang terkenal kejam dalam
menindas orang Kristen adalah Kaisar Nero (54-68M). Kemudia ciri khas dari
pemerintahan Romawi adalah pembagian-pembagian provinsi. Provinsi ini dipimpin
oleh seorang Gubernur yang diangkat oleh pemerintahan Romawi dan Gubernur juga
merupakan penguasa mutlak, ia berkuasa untuk menjatuhkan hukuman mati.[32]
2.5.Analisa Bentuk
2.5.1.
Redaksi
Dalam
Kisah Para Rasul bukanlah karya hasil satu orang serta bukanlah juga saksi mata
tentang segala apa yang diceritakannya.. Sehingga banyak bahan penulisan surat
ini diambil penulis dari tradisi. Penulis mendapat informasi dari tokoh-tpkoh
dalam Kitab Kisah Para Rasul. Dari jemaat di Yerusalem dan Anthiokia bisa
dikumpulkan informasi dan bahan untuk penulisan surat tersebut. Redaktor
memanfaatkan tradisi-tradisi yang sudah terbentuk berupa tulisan Sebagai
pengguna dari tulisan-tulisan tradisi naka redactor mempunyai pendalaman sesuai
dengan kemahiran sbegaa seorang sastrawan untuk mengolah cerita tersebut. Ciri
khas redactor dengan memperlihatkan pekerjaan para Rasul sebagai bentuk corak
iman untk membela Kekristenan agar dapat dipersaksikan bukan hanya untuk orang
Kristen namun disalurkan juga kepada pembaca-pembaca Yahudi maupun orang-orang
non-Yahudi.[33]
2.5.2.
Sastra
Penulis-penulis
Kisah Para Rasul mewartakan iman dalam bentuk khotbah, wejangan dan pidato,
sehingga melalui hal tersebut menjadi alat untuk menciptakan kesinambungan
sebagai bentuk menyampaikan pikiran, pandangan, penilaian dan penafsirannya
atas peristiwa-peristiwa yang ingin disampaikan. Ini merupakan kebiasaan
sastrawan Yunani di Zaman perjanjian Baru untuk mengungkapkan penilaian
pribadinya melalui pidato sehingga penulis Kisar Para Rasul pun emakai sarana
yang sama dalam hal tersebut.[34]
2.5.3.
Sumber
Penulis
Kisah Para Rasul diduga mempergunakan sumber berita-berita lisan sebagai sumber
tulisan, khususnya sumber dari Paulus yang didampinginya hingga sampai penjara.[35]
Lukas yang diyakini sebagai penulis kitab ini diduga menggunakan sember
tertulis yaitu satu sumber Yerusalem,
satu sumber Kaisarea, satu sumber Anthiokia.[36]
2.6.Analisa Teks
2.6.1.
Perbandingan Bahasa
Kami
penyaji akan memaparkan perbandingan bahasa yang diambil dari beberapa Alkitab,
yaitu Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), Bible Dohot buku Ende (BDE), New International
Version (NIV), dan New Testament Greek (NTG).
Ayat 1 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 2
LAI : Menahan
BDE : Meninggalkan
NIV : Menahan
NTG : enospisato (menyelewengkan)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 3
LAI : Mendustai
BDE : Mendustai
NIV : Berdusta
NTG : ψευσααθαι (Mendustai)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah
LAI,BDE,NIV
Ayat 4
LAI : Kuasamu
BDE : Kepunyaanmu
NIV : Pembuanganmu
NTG : ἐξουσία (Pengontrolan)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 5
LAI : Putuslah
nyawanya
BDE : hancurlah dia
NIV : Meninggal
NTG : ἐξέψυξεν ( Menghembuskan nafas
terakhir)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah LAI dan
NIV
Ayat 6
LAI : Mengapani
BDE : dibungkus
NIV : membungkus
NTG : sunestaitan (Membungkus)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah NIV dan
BDE
Ayat 7 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 8
LAI : Dengan Harga
sekian
BDE : seharga inikah
NIV : Dengan harga ini
NTG : tosoutou (Dengan
harga sebanyak ini)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah LAI dan
NIV
Ayat 9
LAI : Bersepakat
BDE : Sependapat
NIV : setuju
NTG : sunefwhfh
(disepakati)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah LAI
Ayat 10
LAI : Mengubur
BDE : Dikubur
NIV : Dikuburkan
NTG : efayan
(Mengubur)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah LAI
Ayat 11
LAI : Ketakutan
BDE :Ketakutan
NIV : Takut
NTG : foboς
(Ketakutan)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah LAI dan
BDE
Ayat 12 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 13
LAI : Dihormati
BDE : Dihormati
NIV : Dihormati
NTG : emegalunen (menghormati)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 14 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 15
LAI : Membaringkannya
BDE : Diletakkan
NIV : meletakkn
NTG : tiqenai epi (Menaruh
diatas)
Keputusan :Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 16
LAI : Membawa
BDE : Membawa
NIV : Membawa
NTG : peronteς (membawa)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah
LAI,BDE,NIV
Ayat 17 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 18
LAI : Menangkap
BDE : Mengikat
NIV : Ditangkap
NTG : epέbalon ( Menangkap)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah LAI
Ayat 19 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 20
LAI : Beritakanlah
BDE : Mengatakan
NIV : Berkata
NTG : laleite
(Katakanlah)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 21
LAI : Menyuruh
BDE : Disuruh
NIV : Dikirim
NTG : apeistailan (Mengutus)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati NTG
Ayat 22
LAI : Pejabat-pejabat
BDE : Para Pemuda
NIV : Petugas-petugas
NTG :ὺphratai (Petugas-petugas)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah NIV
Ayat 23 : Tidak ada perbedaan yang signifikan
Ayat 24
LAI : Mereka cemas
BDE : Mereka marah
NIV : Mereka merasa
bingung
NTG : dihporoun (Mereka merasa sangat
bingung)
Keputusan : Yang mendekati NTG adalah NIV
Ayat 25
LAI : Lihatlah
BDE : Lihatlah
NIV : Lihatlah
NTG :’doὺ
(Perhatikanlah)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati NTG
2.6.2.
Kritik Aparatus
Ayat 3:
Pada NTG terdapat kata ἐπληρσεν yang
artinya di kuasai , memiliki tingkat keragu-raguan cukup besar yang di dukung
oleh kisah rasul-rasul Berlin pada abad IV, dengan sumber sinaiticus IV,
Alexsandrimus X Bezae canta brigiesis V, Laudiamus VI, injil Wolfenbuttel VI,
Athoes VIII. Ada pendapat lain mengatakan kata itu diganti menjadi έπειρασεν
yang didukung oleh kisah rasul-rasul dan katolik Catholic Epistles di jenewa
abad VI
Keputusan:
penafsir menolak usulan kritik aparatus karena memperkabur makna teks
Ayat 16:
Dalam
NTG terdapat kata Ἰερουσαλπμ yang artinya yerusalem memiliki tingkat
keragu-raguan cukup besar yang di dukung oleh kisah rasul-rasul dan Catholic
Epistles di jenewa pada abad ke VII, dengan sumber Sinaiticus IV, Alexsandrimus
X, vaticanus IV, dengan terjemahan versi vulgata, versi siria, versi koptik,
dialek sahidi. Ada pendapat lain mengatakan bahwa kata tersebut di ubah menjadi
εις Ἰερουσαλημ yang artinya keyerusalem kata ini di dukung oleh claromontanus
VI, Laudianus VI, injil Wolfenduttel, Athoes VIII.
Keputusan:
penafsir menolak usulan kritik aparatus karena memperkabur makna teks
2.6.3.
Terjemahan Akhir
Ayat 1: ada
seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta istrinya Safira menjual sebidang
tanah.
Ayat2: dengan
setahu istrinya ia menyelewengkan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian
lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Ayat3: tetapi
petrus berkata: “Ananias mengapa hatimu di kuasai iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu?
Ayat 4: selama
tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah di jual,
bukankah hasilnya itu tetap dalam Pengontrolan? mengapa engkau
merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mnedustai manusia. Tetapi
mendustai Allah.”
Ayat 5: ketika
mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan Menghembuskan nafas terakhir.
Maka sangatlah ketakutan semua orang mendengar hal itu.
Ayat 6: lalu
datanglah beberapa orang muda; mereka Membungkus mayat itu, mengusungnya
ke luar dan pergi menguburnya.
Ayat 7: kira-kira
tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak yahu apa yang
terjadi
Ayat 8: kata
petrus kepadanya: “katakanlah kepadaku , Dengan harga sebanyak ini tanah itu
kamu jual ?”jawab perempuan itu: “betul sekian”
Ayat 9: kata
petrus :”mengapa kamu berdua disepakati untuk mencobai Roh Tuhan
? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan
mereka akan mengusung engkau juga ke luar.”
Ayat 10: lalu
rebahlah perempuan itu seketika ia juga di depan kaki petrus dan putuslah
nyawanya . ketika orang-orang itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu
mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya.
Ayat 11: maka
sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.
Ayat 12: dan
oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujijat di antara orang banyak.
Semua orang percaya selalu berkumpul di serambi salomo dalam persekutuan yang
erat.
Ayat 13: orang-oarang
lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka
sangat menghormati orang banyak.
Ayat 14: dan
makin lama makin bertambalah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik
laki-laki maupun perempuan ,
Ayat 15: bahkan
mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan Menaruh
di atas balai-balai dan tilam, supaya, apa bila petrus lewat,
setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka.
Ayat 16: dan
juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun
setra membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang di ganggu roh jahat.
Dan mereka semua disembuhkan.
Ayat 17: akhirnay
mulailah imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mezhab
saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati.
Ayat 18: mereka
menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota .
Ayat 19: tetapi
waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa
mereka ke luar, katanya:
Ayat 20: “pergilah,
berdirilah di bait Allah dan Katakanlah seluruh firman hidup itu
kepada orang banyak.”
Ayat 21: mereka
mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka kedalam Bait Allah, lalu
mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya
menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel,
dan mereka Mengutus mengambil rasul-rasul itu dari penjara.
Ayat 22: tetapi
ketika Petugas-petugas datang ke penjara, mereka tidak menemukan
rasul-rasul itu disitu. Lalu mereka kembali dan memberitahukan
Ayat 23: katanya:”kami
mendapati penjara terkunci dengan sangat rapinya dan semua pengawal ada di
tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorang pun yang
kami temukan di dalamnya”
Ayat 24: ketika
kepala pengawal Bait Allah dan iman-iman kepala mendengar laporan itu, Mereka
merasa sangat bingung dan bertanya apa yang telah terjadi dengan
rasul-rasul itu.
Ayat 25:
tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: “Perhatikanlah ,
orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Allah
dan mereka mengajar orang banyak.”
2.7.
Tafsiran
Ayat 1-2
Ananias dan Safira adalah pasangan suami istri yang tinggal dan menjadi anggota gereja mula-mula di Yerusalem.Nama Ananias berarti Allah telah memberikan, atau Allah Rahmani Sedangkan nama Safira berarti cantik atau yang
jelita.[37] Nama mereka indah dan bermakna, namun
itu bukan jaminan bahwa perilaku mereka berkenan di hadapan Tuhan Mereka berdua dianggap sebagai jemaat yang tidak taat kepada
Tuhan.[38]
Lukas
memperkenalkan pasangan itu. Nyata bahwa mereka mau memberi kesan meniru orang
seperti barnabas (4:36,37). Cinta uang dan cita-cita untuk mempunyai nama
terhormat merupakan pintu yang dipakai iblis untuk memasuki hati mereka. Maka,
ananias menahan sebagian dari hasil
penjualan itu bagi dirinya sendiri.
Seperti
Barnabas dan orang lain (4:32-37) Ananias dan Safira juga menjual, membawa
hasil jualannya, serta meletakkannya didepan kaki rasul-rasul. Namun berbeda
dari warga jemaat lain, mereka pura-pura membawa hasilnya sebab secara
tersembunyi mereka menahan sebagian dari hasil penjualan itu. Dengan demikian
mereka merusak persekutuan jemaat yang dikerjakan roh kudus. Sebab itu sikap
ini harus dihentikan.[39]
Ayat 3-4
Sesudah
Ananias meletakkan sebagian dari
hasil penjualan itu di depan kaki rasul-rasul, tetapi tidak semuanya. Sebagian
mereka tahan. Hal itu tentu tidak boleh, kecuali kalau terus terang mereka
katakan. Biasanya orang yang menjual tanah atau rumah memberikan semua uang
yang diterimanya. Dengan demikian Ananias dan Safira seakan-akan uang itu sudah
diberikan semuanya. Disitulah letak dosanya.
Lalu
pergilah Ananias kepada Petrus, yang ketika itu sedang memimpin pertemuan
jemaat. Ktika uang itu diberikan kepada Rasul Petrus, ian memandang Ananias dengan
pandangan yang sangat tajam. Petrus segera merasakan dusta Ananias. Orang ini
berbuat seakan-akan semua uangnya telah diberikan, padahal dengan diam-diam
ditahannya sebagian. Dia ingin dihormati sebagai orang yang berbuat baik dan
rela mengorbankan segala-galanya, padahal sebenarnya sebagian saja yang
diberikannya. Dengan sungguh-sungguh Petrus bertindak atas nama keduabelas
rasul dan mengemukakan suatu pertanyaan, yang sebenarnya merupakan tuduhan, “Ananias, Mengapa hatimu dikuasai iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan
menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? Selama tanah itu tidak
dijual, bukankah hasilnya tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan
perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai
Allah. Ananias bukan saja membohongi
manusia, tetapi ia mencoba membohongi Allah pula. Ananias ingin dihormati dalam
jemaat Kristus, tetapi ia mau mencapai maksudnya itu dengan jalan berbohong. Itu berarti membohongi
Allah. Jelas bahwa ia mengetahui isi hati orang ini.[40]
Hati Ananias Dikuasai iblis, iblis
membelenggu rohnya. Hati orang ini diracuni oleh suka dipuji , dusta, munafik,
ketamakan akan uang dan bermacam-macam dosa lainnya. jadi ia bukan lagi “sehati” dengan orang
percaya, yang disebut di 4:32. Jelas bahwa Ananias membiarkan iblis memenuhi
isi hatinya, jadi ia sendiri bertanggungjawab, ia “merencanakan perbuatan itu”.
Dari perkataan petrus di ayat 4, jelas
bahwa mereka tidak wajib menjual dan menyerahkan hasilnya. Baik sebelum maupun
sesuadah tanah itu terjual mereka boleh memakainya sesuai keinginan mereka.
Dosa mereka ialah bahwa mereka merusak persekutuan jemaat dengan berdusta.
Jadi, mereka tidak sehati lagi dengan saudara-saudara lain.
Ayat 5-11: Ketika mendengar perkataan itu rebahlah
Ananias dan putuslah nyawanya keterangan bahwa
Ananias mati setelah mendengar pernyataan petrus. Dalam Lukas juga menjelaskan
bahwa pemberontakan dengan sengaja melawan Allah akan hukum berat.[41]
Sesudah Petrus mengatakan itu semua dengan sangat marahnya, entah karena
terkejut atau kekuatan perkatan petrus, rebahlah Ananias, lalu putuslah
nyawanya.[42] Allah memandang dusta ini sebagai pelanggaran berat terhadap Roh
Kudus. Kematian mereka berdua dimaksudkan sebagai tanda dari sikap Allah
terhadap hati yang suka menipu di antara mereka yang mengaku pernah lahir
kembali dan dipenuhi dengan Roh. Perhatikan bahwa berdusta pada Roh Kudus itu
sama dengan berdusta kepada Allah. Hukuman Allah atas Ananias dan Safira
menyebabkan peningkatan sifat rendah hati, rasa kagum dan ketakutan. Tanpa
ketakutan yang patut terhadap Allah yang suci dan murka-Nya terhadap dosa, umat
Allah akan segera kembali kepada cara-cara dunia yang jahat, tidak lagi
mengalami pencurahan Roh dan kehadiran Allah yang ajaib, serta terputus dari
aliran kasih karunia Allah.[43]
Tubuhnya
rebah karena kaget dan orang mengangkatnya keluar. Pada kitab Lukas menggunakan
kata kematianynya dalam konteks ini ia rebah
atau terjatuh kerena di kenai oleh hukuman illahi. Pada Lukas ditekankan
bahwa penyebab kematian Ananias dan safira adalah Allah, disini pembaca di ajak
untuk memahami kuasa Allah itu.[44]
akibat dari perbuatan mereka itu sangat fatal, mereka langsung mati. Dalam hal
ini, mungkin agak sulit kita pahami karena diluar pemahaman kita pada umumnya.
Mengapa bisa hukuman yang diterima oleh Ananias dan safira seberat itu?
disinilah kita menyadari bahwa keadilan Tuhan tidak selalu sama dengan keadilan
manusia. Lagipula, ketika Lukas menceritakan hal ini, itu tidak sekedar untuk
menceritakan tokoh yang bernama Ananias dan safira, tetapi di balik cerita itu,
ia memperlihatkan dinamika kehidupan jemaat perdana, sebenarnya Lukas bisa
dengan mudahnya menghilangkan cerita ini untuk tetap mempertahankan citra
jemaat perdana sebagai jemaat yang ideal atau sempurna. Namun Lukas adalah
penulis yang jujur, ia ingin menceritakan apa adanya. Karena itu, kisah Ananias
dan safira ini ibarat kutil gereja
perdana.[45]
Lalu datanglah beberapa orang muda,
disini nampaknya memang hanya menunjuk segi usia. Dalam beberapa bahasa istilah
ini, mungkin akan diterjemahkan dengan istilah yang menunjukkan laki-laki yang
belum menikah.[46]
Mereka
membungkus mayat Ananias dengan kain
kafan dan membawanya pergi. Dalam
hal membawanya pergi ada beberapa cara. Mereka benar-benar membawanya pergi
atau hanya sekedar mengangkatnya dari lantai dan membawanya untuk pergi itu
mustahil untuk dikatakan. Yang dapat dimengerti jika dituliskan ketika mereka
mengangkatnya dari lantai lalu menguburkannya. Tidak dituliskan mengapa mayat
itu harus dikubur secepat-cepatnnya dan istrinya tidak diberitahu mengenai itu.[47]
Disini mereka mencobai Roh Tuhan. Artinya ialah melihat beberapa jauh orang
dapat melangkah tanpa mendapatkan hukuman. Ananias dan Safira mendapati bahwa
mereka telah melangkah terlalu jauh.[48]
Kejadian yang tragis diulang lagi pada Safira, seperti Ananias mereka mengalami
hal yang sama sehingga, mereka mengalami hal yang satu yaitu penghakiman yang
datang diatas mereka. Bagaimana juga ini adalah satu peringatan, Lukas sangat
tegas dalam pengimplikasian peringatan
peringatan yang tegas ini dalam ceritanya.[49]
Disamping untuk memperlihatkan dinamika jemaat perdana yang selalu tidak ideal,
Lukas juga menceritakan kisah ini sebagai suatu cara untuk mengingatkan agar
lebih berhati-hati di hadapanTuhan dan tidak melakukan hal yang jahat. Apalagi,
jemaat perdana pada waktu itu adalah suatu jemaat yang masih kecil. Dengan
kekuatan yang terbatas jadi, kalau dengan jumlah yang masih kecil saja, sudah
terlalu banyak serangan, khususnya dalam jemaat sendiri bisa-bisa jemaat hancur
dengan cepatnya. Oleh karena itu, cerita Ananias dan Safira menjadi contoh
bahwa Allah tidak akan menoleransi perbuatan dosa dan akan menghukum setiap
pelanggarannya. Kalau jemaat takut berbuat dosa seperti juga yang dinyatakan
setelah peristiwa Ananias dan Safira ini (ay.11) jemaat dapat menjadi lebih
baik, lebih kuat dan bertahan dalam menghadapi serangan dari luar.[50]
Ada ketakutan yang dirasakan jemaat
pada saat itu, ketakutan yang dimaksud adalah rasa segan (seperti di 2:43,
sesudah pencurahan Roh Kudus dan kotbah Petrus; 19:17 dan Luk. 1:65). Disini,
secara khusus seluruh jemaat disebut sebagai yang ketakutan. Cerita ini bukan hendak dipakai sebagai ancaman,
melainkan sebagai peringatan supaya pembaca jangan disesatkan. Kata “ jemaat ” (Yunani : Ekklesia) dalam ayat ini dipakai untuk
pertama kalinya dalam Lukas/Kisah Para Rasul. Dalam cerita ini justru keutuhan
jemaat, yang “sehati dan sejiwa”, terancam. Kata ekklesia berarti jemaat setempat atau
jemaat didaerah tertentu (mis. 8:1; 9:31; 11:22; 20:17). Akan tetapi ekklesia dalam bentuk tunggal juga dapat mengacu kepada
“gereja’ dengan arti umum dan universal (20:28). Istilah ini mempunyai dua
latar belakang. Dalam LXX ekklesia
dapat berarti “jemaah” (israel) (lih. Mis. Ul 31:30; Mzm 22 (LXX:
21),23,26). Arti ini juga nyata di kisah Para Rasul 7: 38 dimana kata itu
kadang-kadang dipakai untuk ‘jemaat Tuhan’ yang lama;dahulu hanya sebatas pada
suatu bangsa, tetapi sekarang sudah akan
dibuka untuk semua orang percaya dimana-mana. Akan tetapi , ekklesia juga
mempunyai arti sekuler dalam kekaisaran Romawi, yaitu “kumpulan/sidang rakyat”.
Arti ini berhubungan dengan kumpulan/ sidang rakyat kota efesus (Kis. 19:32,39,41)[51]
Ayat 12 -16
Tentang
Serambi Salomo, lihat pasal 3: 11. Kekejutan yang ditimbulkan oleh hukuman atas
Ananias dan Safira, perlahan-lahan hilang, lalu diganti oleh sukacita dan
pujaan diam-diam terhadap perbuatan-perbuatan pengasingan oleh Allah yang besar. Mujuzat-mujizat
penyembuhan yang terjadi, membangkitkan pula ingatan kepada apa yang baru-baru
saja dikerjakan oleh Yesus diantar rakyat Yahudi.
Di
sinipun terdapatlah tanda-tanda yang jelas menunjukan kepada kemenangan Yesus
Kristus. Semuanya ini serba memberanikan hati, terutama para rasul sendiri.
dalam segalanya ini mereka dapat melihat terkabulnya, di mana mereka telah
berdoa supaya Tuhan menyatakan kuasa-Nya, sehingga dalam semuanya itu tak ada
alasan untuk meninggikan diri sendiri. Ternyata bahwa Petruslah yang senantiasa
tampil kedepan tidak saja pada waktu berbicara, tetapi juga dalam
perbuatan-perbuatan mujizat ini. selanjutanya tanda-tanda dan mujizat-mujizat
ini sangat menguatkan kesatuan dan kesadaran jemaat Kristen yang masih muda itu.
Tanda dan mujizat
dalam banyak bahasa mungkin tidak bisa diungkapkan dalam bentuk kata benda,
tetapi dalam kata kerja. Misalnya “ membuat banyak hal yang ajaib dan hebat”. Orang banyak disini dapat diterjemahkan
sebagai masyarakat, bisa juga
“orang-orang”. Orang Percaya yang
dimaksud disini adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus (sebagai
Pengikut Kristus).[52]
di
kalangan rakyat Yahudi tanda-tanda dan mujizat-mujizat ini menimbulkan
keseganan yang ternyata dalm dua hal; pertama, bahwa mereka tidak berani
menggangu orang-orang Kristen. Tetapi di pihak lain, perkembangan jemaat
Kristen, menimbulkan penghargaan terhadap orang-orang Kristen. Tentulah perkara
Ananias dan Safira telah menimbulkan kegemparaan besar. Bahwa jumlah jemaat
bertambah dengan pesatnya oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat ini, tak usah
lagi diherankan. Walaupun demikian senantiasa
ditunjukkan (dalam ayat 14), bahwa tentang sebagian besar sebab-sebabnya
adalah lebih dalam letaknya, yaitu kepercayaan dan penyerahan diri kepada
Tuhan, yang diberitakan oleh para rasul dan terutama oleh Petrus. Sampai-sampai
juga dari luar Yerusalem orang datang membawa orang yang sakit dan orang-orang
yang diganggu roh jahat, supaya mereka dapat memperoleh kesembuhan. Seolah-olah
seperti pada permulaan pekerjaan Yesus di Galilea.[53]
Ayat 17-18
Pengajaran
para rasul merupakan masalah utama dalam konflik dengan mahkamah. Pengajarannya
adalah tentang kebangkitan Yesus Kristus dalam terang PL. Ketika jumlah
pengikut Yesus Krirstus makin bertambah, Perlawanan
makin keras. Pada ayat 4:1-20 telah kita ketahui bahwa Petrus dan Yohanes
ditangkap, sesudah penyembuhan orang lumpuh; kemudian mereka diperiksa dan
dilepaskan. Dalam 5:17-42, semua Rasul ditangkap, sesudah , yang penyembuhan;
mereka dibebaskan Malaikat Tuhan, dan kemudian dihadapkan ke Mahkamah yang “
bermaksud membunuh mereka” (ayat 33). Mereka kemudian dilepaskan sesudah dicambuk (ayat 40) .
Imam
besar dan orang lain dari aliran Saduki menonjol dalam perlawanan. Umat/rakyat
memihak pada para Rasul. Juga sikap kaum Farisi yang menerima adanya kebangkitan
orang mati lebih berhari-hati terhadap gerakan baru ini. Ini nyata dari sikap
seorang Farisi yang bernama Gamaliel (ay 34-39). Mengapa mereka memerangi dan
mau menumpas para rasul? Sebab para pemimpin itu iri hati. Mereka melihat bahwa
banyak orang mengikuti para rasul. Hal ini mengurangi kuasa mereka. Apalagi
sebab mereka merasa dipersalahkan dengan tuduhan membunuh Yesus. Dan para Rasul
memberitakan kebangkitanNya, walaupun mereka dilarang Mahkah mengajar demikian.
Apalagi para rasul mengajar dalam Bait Allah, pusat kewibawaan mahkamah! Jadi,
para pemimpin melihat bahwa kuasa dan pengaruh mereka makin berkurang. Kuasa
sosial dan kewibawaan teologis mereka terancam. Sebab itu mereka bertindak
terhadap rasul-rasul dan memasukkan mereka ke penjara umum. Bisa saja bahwa
keadaan dalam penjara umum lebih berat daripada situasi dalam “tahanan” yang
disebut 4:2.
Ayat 19-25
Juga
dalam penjara para Rasul tidak ditinggalkan Allah. Ia menyuruh MalaikatNya
untuk membebaskan mereka, dengan pesan untuk membebaskan mereka, dengan pesan
untuk memberitakan Firman hidup atau Firman kehidupan di Bait Allah, yaitu
pusast kota Yerusalem. Malaikat Tuhan juga kita kenal dari PL (mis. Kej. 16 :7; 22:11), Juga ada di
injil Lukas (1:11 dan 2:9) dan bertindak di Kisah para rasul (5:19; 8:26; 12:7;
dan 23; bnd. 27:23). Ia mewakili Allah sendiri, juga dalam Kisah Para Rasul 12
:7 Malaikat Tuhan membebaskan Petrus dari penjara. Mengenai Malaikat ini,
disini yang terpenting adalah apa yang di katakan dan lakukan, bukan bagaimana
ia kelihatan, “Malaikat” adalah
terjemahan istilah Yunani yaitu Anggelos
yang berarti “Pesuruh, utusan”, Maka
seseorang murid dapat disebut Anggelos,
“utusan” (lih.Luk 9:52). Para Rasul ditangkap kembali pada hari berikutnya.
Jika begitu, mengapa dibebaskan dulu? Hal ini diceritakan untuk menyatakan
bahwa Allah tidak melupakan mereka; mereka (dan kita) harus percaya akan kehadiran
Allah, bahkan dalam keadaan tertekan sekalipun. Dan juga jelas bahwa
memberitakan kabar baik merupakan pesan Ilahi. Memberitakan Firman hidup atau
Firman kehidupan, mengenai Yesus perintis kehidupan (3:15) tidak dapat
dihentikan.
Pada
waktu malam, datanglah seorang Malaikat membuka pintu penjara, lalu
dibawanyalah mereka keluar dan disuruhnya berbicara lagi dalam bait Allah.
Orang-orang Saduki tidak ingin mendengar tentang adanya “hidup” di dunia
akhirat, tetapi sang Malaikat tidak peduli akan pendapat mereka yang sesat itu.
Dengan demikian, Rasul-rasul itu sudah mengajar
lagi didalam Bait Allah ke esokan harinya. Rasul-rasul mengajar tentang
bagaimana mereka mengarahkan Jemaat agar lebih taat kepada Allah daripada
kepada manusia dan harus mempercayai bahwa Yesus hadir untuk menerapkan kasih
dalam kehidupan dunia dan membawa keselamatan.
Ketika
pagi itu, Mahkamah Agama bersidang lagi, mereka heran sekali mendengar kejadian
itu. Denga segera dikirimnyalah Kepala pengawal dan Anak buahnya untuk menagkap
kedua rasul itu. Tetapi mereka tidak dapat bertindak keras, sebab banyak sekali
orang berkumpul di dalam bait Allah dan besar kemungkinan mereka akan
memberontak. Dengan sukarela rasul-rasul itu menyerahkan diri, lalu mereka
dibawa ke hadapan Mahkamah Agama.
2.8. Teologi
dalam Tafsiran
a.
Teologi Tanah
Tanah
adalah tempat mahkluk hidup berpijak dan menggantungkan hidupnya. Menurut
Alkitab Manusia diciptakan oleh Tanah dan melangsungkan hidupnya diatas Tanah,
serta jika manusia itu sudah meninggal akan kembali lagi ke Tanah. Itu lah
sebab nya Tuhan Allah sangat marah jika Tanah yang telah diberikan kepada kita
menjadi tempat untuk melakukan hal yang tidak baik. Dan jika manusia diberikan
hukuman oleh Tuhan Allah, Tanah ikut serta menjadi korban atas hukuman yang telah
diberikan kepada kita. Misalnya: jika Allah memberikan hukuman lewat Bencana
Allah (Air Bah, Gempa Bumi, Tanah Longsor, dll) dalam hal itu Tanah menjadi
korban. Jadi teologis nya jika kita ambil, ialah kita sering kali membuat
kesalahan tanpa memikirkan resiko dari kesalahan itu. Apakah kesalahan itu akan
mengorbankan orang lain atau hal-hal yang lain. Kita jarang berpikir
bahwasannya kesalahan yang kita perbuat sendiri itu bukan hanya kita yang
menanggung resikonya melainkan akan ada hal-hal yang menjadi korban
(dirugikan).
Dan
kita juga jarang berpikir bahwa pihak yang kita rugikan itu sering mengalah
untuk kita. Bahkan rela berkorban demi kita. Jadi dalam kitab ini Tanah menjadi
sebuah permainan atau tempat melakukan perbuatan dosa, bahkan langsung berdosa
dengan cara mendustai Roh Kudus dan seketika itu mereka langsung mati. Begitu
juga dalam konteks sekarang, banyak problem atau permasalah yang berkaitan
dengan Tanah, misalnya permasalahan pembagian Tanah Warisan Keluarga dan
Permasalah Pembagian Tanah yang dipergunakan untuk pembangunan gereja. Dalam
permasalah ini kita sering mempermainkan Tanah, dan rela menjadikan ini menjadi
konflik besar. Kita tidak mengetahui bahwasannya Allah telah marah kepada kita
dengan mempermainkan Tanah.
Sama
seperti halnya Ananias dan safira yang melakukan kebohongan kepada Tuhan dan
kepada Rasul-rasul akan hasil dari pada penjualan tanah yang telah merekan
dapatkan. Kebohongan mereka membawa malapetakan bagi mereka sendiri.
b.
Teologi Tabur-tuai
Dalam
kehidupan sebagai umat Kristen, Yesus
hadir sebagai Juruselamat dan hadir memberi pengajaran baru tentang Kasih.
Sehingga kita sebagai pengikut Kristus harus lah mengasihi, karena Allah telah
terlebih dulu mengasihi kita (Yohanes 13: 34). Sehingga hal itu merujuk bahwa
kita harus mengasihi Allah, mengasihi diri sendiri dan bahkan mengasihi sesama
manusia seperti diri sendiri. Dalam hal mengasihi pastinya kita akan
mendapatkan nilai yang baik pula atas perbuatan kita karena apa yang kita
lakukan dengan baik, pasti akan menghasilkan yang baik, tetapi saat kita
melakukan yang tidak baik, hasilnya tidak baik pula. “karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Galatia
6:7b).
Demikian
halnya Ananias dan Safira yang dibarengi oleh rasa tinggi hati dan ingin
mencari nama/ menunjukkan diri bahwa mereka memberi persembahan yang besar.
Mereka bahkan bersama-sama melakukan suatu kebohongan yang sangat fatal akan
hasil penjualan tanah terhadap para rasul terlebih kepada Tuhan. Mereka bukan
hanya membohongi manusia, tetapi membohongi bahkan menguji Tuhan dengan
pikirannya bahwa Tuhan tidak akan mengetahui bahkan menghakiminya. Sehingga
oleh karena perbuatan dosa mereka, mereka pun mati. Upah “dosa adalah maut”.
c.
Teologi pembebasan
Murid-murid
atau para Rasul adalah hasil pewarisan jabatan rasuli yang diturunkan demi
generasi penginjilan berita keselamatan yang dari pada Yesus Kristus. Para
murid terus mengabarkan injil demi pemberitaan Firman Tuhan. Tetapi yang pasti
dalam penginjilan pasti akan ada hal-hal yang membuat mereka terkendala.
Demikian juga Pada kisah rasul 5:17-25 yang dimana pada saat mereka mengabarkan
injil/ mengajar tentang kebenaran Firman Tuhan kepada jemaat di Yerusalem,
mereka ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara karena mereka telah melakukan
mujizat-mujizat yang membuat mahkamah Agung serta orang-orang saduki “iri”.
Namun saat Rasul-rasul didalam penjara, yang dimana saat itu mereka pasrah akan
ketertindasan yang mereka rasakan karena mereka tidaklah melakukan kesalahan,
Malaikat Tuhan membebaskan mereka dan membawa mereka keluar untuk pergi kebait
Allah untuk memberitakan Firman Allah.
Dalam
hal ini menunjukkan bahwa saat kita tetap berada diranah Tuhan dan tetap
mengandalkan Tuhan yang meskipun kita mengalami ketertidasan-ketertidasan,
Tuhan pasti akan membukakan cara dan membebaskan kita dari ketertindasan itu.
Sama seperti halnya para rasul yang mendapatkan pembebasan dari Allah melalui
MalaikatNya, maka setiap kita manusia yang dipilih Tuhan pasti akan mendapatkan
hal yang sama.
2.9.Skopus
“Allah adalah Mahatahu dan adil”
III.
Refleksi Teologis
Dalam
Yesaya 5:18 dikatakan bahwa. “celakalah
mereka yang memancing kesalahan dengan tali kedustaan dan dosa seperti dengan
tali gerobak” di ayat ini jelas dikatakan bahwa siapa yang berdusta dan
munutupi kesalahanya terhadap Allah maka ia akan celaka. Seperti pada umumnya
pada zaman sekarang ini, banyak para orang-orang yang berperan penting di
gereja berdusta, baik dalam hal materi atau apapun itu, dalam hal materi ada
juga para sintua atau orang yang berperan penting di gereja tersebut
menyeleweng, seperti korupsi dan sebagainya, dalam Efesus 4:9 dikatakan bahwa “perasaan mereka telah tumpul sehingga
mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala
macam kecemaran “ dalam ayat ini jelas dikatakan bahwa orang yang serakah
mempunyai perasaan yang tumpul , jelas dikatakan seperti Ananias dan safira
bahwa mereka serakah dengan menjual tanah dan sebagian hasilnya mereka simpan
untuk diri mereka sendiri. Karena keserakahannya itu mereka mendapatkan
hukuman. Jadi kita diajarkan untuk hidup jujur dalam kehidupan sehari-hari
maupun kehidupan gereja agar kita mendapatkan berkat dan penyelamatan dari
Allah serta tidak mendapat binasa.
IV.
Kesimpulan
Kitab
Kisah Para Rasul adalah kitab yang menceritakan kehidupan dan pengajaran Yesus,
maupun Kisah Para Rasul yang menceritakan bagaimana pekerjaan Yesus telah
berkembang menjadi gerakan Kristen di seluruh dunia. Kitab Kisah Para Rasul lebih banayk menceritakan pengalaman Paulus
dalam mengabarkan Injil. Kisah Para Rasul juga menceritakan sejarah gereja
Kristen. Kisah Para Rasul berisikan tindakan dan kejadian-kejadian luar biasa,
hal-hal yang menentukan sejarah selanjutnya yang pantas dikenang oleh umat
Kristen, meskipun tidak menyangkut Yesus sendiri di bumi.
Historis
Kritis adalah salah satu metode penafsiran yang memahami makna teks secara
historis (sejarah) atau memahami teks berdasarkan konteks dan situasi kehidupan
(Sitz im leben). Historis Kritis
merupakan sebuah metode yang sangat diperlukan untuk menggali kebenaran isi
Alkitab dari segi sejarahnya.[54]
Selain itu metode ini juga merupakan suatu analisa terhadap suatu teks yang
mana berbentuk dokumen yang memiliki sebuah sejarah atau apakah yang diisi dari
teks tersebut adalah menceritakan tentang sejarah.
Dari pemaparan diatas
kami para penyaji menyimpulkan bahwa Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana
keadaan gereja mula-mula, juga merupakan kitab yang dituliskan oleh Lukas,
seorang tabib yang berasal dari antiokhia yang di tulis tahun 100 Masehi di
kota Roma. Kitab ini ditunjukkan kepada Teofilus (Kis 1:1). Yang mana pada
Kisah Para Rasul pasal 5 ini menceritakan bagaiman keadaan jemaat mula-mula. Pasal 5:1-11 menceritakan
bagaimana hukuman yang di dapatkan oleh Ananias dan Safira karena berbohong
Para Rasul dan hal itu berarti berbohong kepada Roh Kudus (Allah), ayat 12-16
menceritakan tentang tanda-tanda dan mujizat yang di buat oleh Para rasul,
sedangkan ayat 17-25 menceritakan bagaimana para rasul setelah membuat
tanda-tanda dan muzijat mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh karena iri hati
Mahkamah agung dan orang-orang saduki.
V.
Daftar Pustaka
...., Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini: Jilid II M-Z, Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1998
…, Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, Jakarta:YKBK/OMF,1998
…., Kisah Para Rasul, Jakarta:
LAI, 2008
Adina, Chapman, Pengantar Perjanjuan Baru, Bandung:Kalam
Hidup,1995
Balchin, John
dkk, Intisari Alkitab Perjanjian Baru,
(Jakarta:LAI,1974), 37-38
Bareclay, Kennth L.,New International Version Bible Commentary,
Bareclay, William, The Acts of The Aposles, London: The
saint Andrew Press, 1960
Bavinck,J.H., Sejarah Kerajaan Allah 2, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2000
Bergant, Dianne, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta:
Kanisius,2002
Brink, H.V.D, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul,
Jakarta:LAI,2004
Browning,
W.R.F., Kamus Alkitab,
Jakarta:BPK-GM,2012
C. Groenen OFM, Pengantar kedalam Perjanjian Baru,
Yogyakarta:Kanisius,1984
Darmawijaya., "Kisah
Para Rasul, Yogyakarta: Kanisius,
Dianne, Bergant, Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta:
Kanisius,2002
Drane , jhon, Memahami Perjanjian Baru,
Jakarta:BPK-GM,2005
Drewes, B.F., Kisah Para Rasul, Jakarta: BPK-Gunung
Mulia
Dunnet,Walter. Pengantar Perjanjian Baru, awa
Timur,Gandum Mas,2013
Duyverman, M.E.,
Pembimbing dalam Perjanjian Baru,
Jakarta:BPK-GM,2008
Eka, Darmaputra, Menjadi Saksi Kristus,
Grant Robert M.,
& David Tracy, Sejarah singkat
penafsiran Alkitab, Jakarta:BPK-GM,1998
Hayes John H.
& R. Holladay, Pedoman Penafsiran
Alkitab, Jakarta:BPK-GM,1993
Jurnawan, Nathan, 52 IkhtisarKhotbahKisah Para Rasul, Yogyakarta:Yayasan ANDI,2003
Kennth, L.Bareclay,New International Version Bible Commentary
Lembaga Alkitab
Indonesia, Kitab Suci Injil dengan catatan
studi, Jakarta:LAI,2004
Marpaung, H., Penuntun
Memahami Alkitab,
Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru,
Jakarta:BPK-GM,2015
Newman, Barclay
M. dan Eugene A. Nida, A Translator’s
Handbook of Acts, Jakarta: PPC LAI, 200
Pfeiffe, Charles
F., The Wycliffe bible commentary,
USA, The liturgical Press
Sabja, Indra, Penafsiran Alkitab Dalam Gereja,
Yogyakarta:Kanisius,2003
Simanjuntak, A,Tafsiran Alkitab Masa Kini 3,Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih,1980
Suharyo I., Dunia Perjanjian Baru, Yogyakarta:Kanisius,1992
Tambur, H., Pedoman Penafsiran Alkitab Kisah Para Rasul,
Jakarta: LAI dan Yayasan Kartidaya, 2008
Tenney, Merill
C., Survei Perjanjian Baru, Jawa
Timur:Gandum Mas,1997
Tjandra, Lukas, Latar Belakang Perjanjian Baru I,
Malang:SAAT,1994
Wismoady, Wahono
S., Disini Kutemukan, Jakarta:Yayasan Bina Kasih, 1998
[12] M.E. Duyverman, Pembimbing dalam
Perjanjian Baru, 89
[23] ...., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini: Jilid II M-Z, (Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1998),
68
[32] I. Suharyo, Dunia Perjanjian Baru, (Yogyakarta:Kanisius,1992),
18
[36] …, Tafsiran
Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, (Jakarta:YKBK/OMF,1998), 334
[39] B.F. Drewes, Kisah Para Rasul,
(Jakarta: BPK-Gunung Mulia), 102-103
[41] A.
Simanjuntak,Tafsiran Alkitab Masa Kini 3,(Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1980),221
[43] Barclay M. Newman dan Eugene A. Nida,
A Translator’s Handbook of Acts, (Jakarta: PPC LAI, 2008), 153
[44] Kennth
L.Bareclay,New International Version
Bible Commentary,408
[45] William
Bareclay, The Acts of The Aposles, (London:
The saint Andrew Press, 1960), 42-43
[46] …., Kisah Para Rasul, ( Jakarta: LAI, 2008),
142
[47] Kennth
L.Bareclay,New International Version
Bible Commentary,404-409
[48] Dianne
Bergant, Tafsiran Alkitab Perjanjian
Baru, (Yogyakarta: Kanisius,2002), 361
[49] Kennth
L.Bareclay,New International Version
Bible Commentary, 409
[50] Eka
Darmaputra, Menjadi Saksi Kristus, 80
[51] Dianne Bergant,
Tafsiran Alkitab Perjanjian Baru, (Yogyakarta:
Kanisius,2002),361 ,
[52] H. Tambur, Pedoman Penafsiran
Alkitab Kisah Para Rasul, (Jakarta: LAI dan Yayasan Kartidaya, 2008), 144
Komentar
Posting Komentar